Wednesday, August 30, 2006

Wisnu bilang juga apa

Jika ada orang bilang muka tanpa jerawat ; ibarat malam tanpa bintang. Tapi, AC Samsung tanpa remote, alamat melawan serangan nyamuk sambil semalaman melotot.

Tadi malam, kami blingsatan mencari remote control AC. Seingat ibu, ajilah yang terakhir kali berurusan dengan si remote. Seingat aji, remote itu diletakkan di atas lemari pakaian pada pagi hari. Namun, seluruh isi lemari sudah dibongkar, di bawah tempat tidur pun sudah diacak-acak, masih tidak ketemu. Apesnya, jenis AC kami ini tidak bisa dioperasikan tanpa bantuan remote. In desperation, ibu tanya ke Wisnu:
Ibu : nu, lihat remote AC gak?
Wisnu : tadi dimainin Alexa
Ibu : terus di tarok dimana sama Alexa?
Wisnu : gak tau

Ibu pikir, ah mungkin Wisnu cuma asal nyebut aja karena lagi sentimen sama Alexa gara-gara berebut mainan. Apalagi, Alexa nya pun tidak merepon pertanyaan ibu. Jadi, dilanjutkanlah proses pencarian dengan melibatkan semua dayang-dayang istana.Setelah sekitar dua jam mencari, akhirnya kami pun menyerah. Pusat service Samsung pun sudah tutup, sehingga tidak ada harapan untuk mendatangkan teknisi untuk mengakali. Worst come to worst: berusaha tidur tanpa AC.

Bayangkan, di dalam kamar berukuran 4x4, dengan tempat tidur berukuran 140 x 200 Akira, Wisnu, Aji harus berbagi. Biasanya Andhika pun nimbrung disitu dan Ibu tidur dengan kasur tambahan yang digelar di lantai. Walhasil, pada malam istimewa ini, Andhika diungsikan ke kamar sebelah. Ibu pun tidak tidur tapi bertepuk tangan tanpa henti. Ngapain? Nyanyi? Bukan !!! Mengganyang para nyamuk yang kegirangan mendapat kesempatan mendarat di sekujur badan Akira dan Aji yang nyaris tak bergeming or menggubris keberadaan mereka. Wisnu masih berusaha menggoyangkan kaki dan tangannya demi bertahan menghalau para pasukan nyamuk itu.

Kalau malam seribu bulan bisa dibayangkan keindahannya, ini mah malam dengan seribu nyamuk kelaparan dalam suhu tropis yang gerah tanpa angin. Mana tuh nyamuk datangnya berombongan ala gerilya tanpa henti. Sebagian langsung mendarat menghisap darah, sementara sebagian lagi beterbangan kesana kemari sambil berdengung sehingga ibu kebingungan mana duluan yang kudu diganyang. Mana sambil keceplak-keceplok menewaskan para nyamuk itu ibu pun kudu garuk-garuk dan menaboki diri sendiri yang diserang para nyamuk pengecoh. Silakan dibayangkan. Barangkali kalo Jet Li ada di sini, bisa terinspirasi mendapat jurus kungfu baru.

Malam yang melelahkan itu terlalui juga dan ibu masih bisa waras masuk kantor keesokan harinya. Meskipun sudah menenggak segelas kopi, masih pake acara ketiduran pas mengikuti tes TOEFL tahunan wajib dari kantor. Walahhhh alamat nilai ibu jongkok dehhhh tahun ini.....:((

Siang harinya, ibu sudah hampir ambil ancang-ancang untuk menelepon pusat servis Samsung untuk memesan remote baru karena menurut mamanya Alexa kalo beneran itu remote diumpetin Alexa, yaaa..paling-paling baru diketemukan kembali sebulan kemudian. :-OHah??? Ntar dulu dehhhh, kalo kudu sebulan puasa tidur.

Tapi, sebelum nelpon Samsung, ibu coba telpon ke rumah.
Ibu : remote nya udah ketemu?
Ipah: udah bu
Ibu ; oya? dimana????
Ipah : di dalam tasnya Alexa

Ibu rasanya pengen teriak saat itu juga : Aduhhhh Alexaaaaaaaaa!!! .Dan kalau ibu teriak begitu dan didengar Wisnu, pasti dijawab Wisnu : "tuh kan bu, Wisnu bilang juga apa /:)". Dan statement berikutnya dari Wisnu adalah " si Alexa nakal yah ibu" yang biasanya ibu mati-matian menimpali : "O:) nggak kok, Alexa kan sayang sama Wisnu"; tapiiii kali iniiiii...........8-

Sunday, August 27, 2006

Honto!!

One night-- at Yahoo Messenger , Indonesia to Nepal

Aji : *ding*
Surya : how are you doing?
Aji : great, got posted at the HQ and Kenny is going back to work
Surya : what about the kids?
Aji : we have 2 baby sitters and a maid
Surya : hontoni !! :-O
Aji : :D

Yup. Employing 3 helpers at home might be a surprise for most of people from all over the world. Even for Indonesians. Even for our parents who seem not to be able to imagine how much we have to spend in a month $-)-- Well, we could say " only 40 kilos of rice (just imagine how much that will cost you in Japan) and many other things ( we do not want to mention and even if we do we are sure you do not wanna know)

Managing them is also another thing. Why? They are teenagers. You know what I mean. They are undergoing the period of getting a crush on someone or broken hearted. We just do not want anything bad happen to those green girls but they need some degrees of freedom to go out and have fun in their own definition.

Three of them have different personalities and come from different background. Thus, we have to find different approaches to tell them to do things. The baby sitter A, for example, is a very patient but does everything in slow motion. The baby sitter B has high initiatives but is inclined to ignore our main points. The maid is a very handy, responsive and has a vigorous physical features but in her speedy action she could break the water pipe of the water closet, the sliding glass cover of the cupboard, trash out the chicken stock I was going to use for soup. With their pluses and minuses, three of them could be good team players if we know how to deal with them.

We hold a regular meeting with them to solve any dispute and allow them some room to give suggestions or ask questions. What can we say? They are also team players and contribute a lot to our productivity. On the other hand, we also need their inputs as they are the ones who handle the day-to-day activities. We also have to be open for criticism.

Sometimes we also take them out or let them go out without us. It's usually a very good opportunity for them to talk things over and build a better team work. It does not have to be something fancy; only to get haircut together, eating out at the bakso stall, or just to go to Alfa to buy Indomie --their favorite instant noodles.

Hmm...:-? we wonder what it would be like to deal with our three sons later on. Any tips for building a good team work for boys?

Wednesday, August 23, 2006

Siapa mirip siapa?

Siapa lebih mirip siapa ya????

Andhika?


Akira?



Wisnu?

Tuesday, August 22, 2006

Cukur ah

Andhika sudah berumur 2 bulan 1 minggu, sudah bisa tersenyum, sudah mulai cooing --eh abis gak tau bhs indonesianya apa--. Badannya tambah gendut, sehingga lehernya tidak terlihat; mungkin mau menyaingi Akira.

Libur nasional 17 agustus jatuh hari Kamis, Jumatnya libur massal karena harpitnas, tambahan lagi seninnya libur isra miraj. Kalau keluarga lain pada cabut ke Puncak, mwski pulangnya tersiksa macet sekitar 12-18 jam, kami mahhh di rumah aja. Ngapain? Cukur tuh 3 bocah ajah dehhhh...



Wisnu kepengen magang nyukur adik-adiknya katanya--biar kalo aji lagi absen, ada substitute barber. Hehehe...


Nahhhh...lihat Andhika dengan wajah barunya--plontos-tos-tos.... Hihiiii...jadi inget siapa yah???

Tuesday, August 15, 2006

Wisnu saba desa


Untuk yang kesekian kalinya, Wyeth Gold Club mengadakan acara untuk keluarga Juli lalu. Pada kali ini, judulnya adalah Family outbound di daerah Pancawati, Sukabumi . Wisnu ditemani ibu dan aji, sedangkan Alexa ditemani Mbak Nur dan Ayahnya karena sang mommy sedang ikut training.


Untungnya juga kita tinggal di Jakarta, jadi kalo anak kita dibawa ke daerah pinggiran , bukan kepalang senangnya. Ya dibanding ke mall, ngabisin uang emak babenya.... (coba siapa yang sanggup ngajak anak ke mall tanpa ngeluarin duit??? ya makanlah-beli mainanlah- judulnya bangkrut ajahhhh!!!)

Walaupun matahari terik, ada angin sepoi-sepoi (meski sang angin semilir ini pun menjumput bau kotoran kerbau ke hidung kita). Senang juga bisa melihat langit biru --mengingat kalo di betawi langitnya berwarna abu-abu tertutup asap-- dan menghirup udara yang lebih segar.


Untuk Wisnu, kegiatan ini punya kesenangan tersendiri. Lihat saja gaya berjalannya dengan bersemangat --pake acara mengayunkan tangan sambil nyengir (karena tahu sedang jadi obyek foto ajinya), tidak bertengkar dengan Alexa (kecuali di dalam mobil sepanjang perjalanan menuju lokasi), dapat perhatian penuh dari Aji dan Ibu (karena adik Akira dan Andhika tidak ikut), bisa lari-lari sepuasnya dan tidak dilarang memanjat-manjat (karena malah disuruh manjat-manjat) , tidak perlu dipaksa-paksa makan (karena setelah selesai acara perutnya lapar berat sehingga dengan suka rela mengganyang nasi dan lauk yang tersedia).

Meski demikian, gak mungkin banget deh kita piknik macam begini tiap hari! Betis kenceng, keringat mengalir, kepala senut-senut kejemur seharian euy!


Apa aja kegiatannya ? yah ... melihat sawah dan pohon padi dari dekat, manjat spider web yang terbuat dari jalinan tali sepatu, meniti tambang, gelayutan tali ala tarzan, naik kerbau dan berusaha turun dari kerbau tanpa menginjak kotoran kerbau yang berserakan di sekitarnya, mengail bola plastik yang mengapung di atas air sampai baju basah . Seru !



Saking serunya ibu sampai lupa belum boleh lari-lari karena baru sekitar dua mingguan melahirkan Andhika.

yahhh..begitulah pengorbanan kita demi keriangan Wisnu...dan pada kesempatan lain ibu tanya ke aji, " ikut acara Wyeth kagi yok, kali ini acara 17-an" dengan harapan aji mengiyakan dengan semangat gituuuh...apanyana, jawabannya adalah " males ah..."
yahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ajiiiiiiiiiiiiiiiiii.....!!!

Monday, August 14, 2006

Diledek teman: memaki atau apa?

Jaman masih muda, kalo lagi ngumpul sama temen-temen deket, judulnya pasti cela-celaan. Bukannya apa-apa, rasanya kok ya gak sreg kalo gak ngeceng-in sohib. Tapi, walaupun udah kenal lama tetep aja kadang ada komentar-komentar mereka juga yang rada nge-bete-in. Dan itu lah, karena komentar itu dilontarkan oleh sohib, jadi ya paling cuma bisa nyengir sambil merutuk.

Sepanjang ingatan saya, ada beberapa komentar para sohib itu yang memang rada-rada deh.

Sohib A: ken, katanya kau menikah dengan orang Bali ya?
Saya : iye, napa emang? (siap-siap menerima ledekan)
Sohib A : enak dong, sekarang bisa makan babi
Saya : X(

Saya : B, Tell you what, I’m conceiving my third baby
Sohib B : Didn’t you just deliver your second baby ?
Saya : yes, well..rr….actually six months ago…. (pasang kuda-kuda )
Sohib B: Are you a rabbit or what?
Saya : X(

Sohib C : Wisnu berat badannya berapa emang?
Saya ; 11 kg dari umur 2 tahun ampe sekarang konstan
Sohib C : yak ampun, kagak dikasih makan apa? anak gue umur 10 bulan aja udah 14 kg
Saya : X(


Kalo dipikir-pikir tiap saya ini kurang efektif dalam memilih kata-kata untuk memaki. Makian favorit saya adalah : Muke lu jauh! Coba aja terjemahin kalimat itu dalam bahasa lain, pasti esensinya tidak kena. Apa coba ? Your face is far away? Elehhh….Kenapa juga yang disebut muka, bukan tangan atau kaki atau bagian tubuh lainnya? Tapi , jangan salah ! Rasanya puas banget bisa melontarkan kalimat itu pada saat bete atau terpojok dengan ledekan temen.

Nah, selain kalimat ajaib itu, sering juga rasanya saya mengunakan kata “dodol”. Lah, padahal dodol itu kan manis dan enak, kenapa juga dijadikan sumpah serapah? Kenapa bukan “jengkol” yang nota bene menghasilkan bau atau jenis panganan lain yang bisa menggambarkan predikat yang jauh lebih buruk dari makanan manis nan legit si dodol itu? Tauk dehhh...

Mungkin ada sebagian orang yang memaki dengan nama binatang. Kasar? Tergantung ! Binatang apa dulu yang disebut! Kalo kuya (kura-kura—red) atau ubur-ubur atau capung? Apa kudu sakit hati? Kadang malah karena sudah kehabisan nama binatang yang ajaib-ajaib itu, saya seringnya mengakhiri rutukan dengan kalimat “orang bukan luh?” yang jelas-jelas sangat tidak efektif dalam memaki.

Ibu saya, kalo sudah jengkel bin mangkel sama orang, pasti otomatis berucap "begeg", yang merupakan kata tanpa arti. Bener! Itu kata karangan ibu saya, dan bukan berasal dari bahasa Indonesia ataupun sunda. Asli tidak ada artinya, tapi sangat kerap digunakan dalam segala macam kondisi dan pada siapa pun. Dan yang istimewanya, kata ini bisa disebut dengan keras oleh ibu saya untuk melegakan ke-bete-annya tanpa khawatir orang lain sakit hati, namun malah jadi sadar dan merubah sikapnya menjadi bentuk yang diinginkan ibu saya. Cihui bukan?

Aji, jarang merutuk apalagi sumpah serapah orang. Paling kalo dia diledek habis dengan teman dekat atau saudara yang keluar adalah cuma kata "uuuhh..dasar !". Udah titik. seringnya malah bukannya membalas, malah mengafirmasi ledekan orang tersebut sambil tertawa-tawa. Herannya orang (termasuk saya) jadi malas meledek, karena sikap penerimaan terhadap ledekan itu sungguh mematikan semangat.

Tapi saya tidak akan pernah bisa lupa, seorang sahabat yang kini tengah merantau, kalau dijadikan bulan-bulanan oleh teman-teman, dia malah tertawa terbahak-bahak. Cara ketawanya itu lho...., ada ritmenya sehingga kita berhenti meledek karena tertawa terpingkal-pingkal sampai meneteskan air mata mendengar gayanya tertawa.

Nah, coba kawan, bagi cerita apa senjata kalian dalam dunia perledekan ini. Dev? Niken? Eha? Jim?

Friday, August 04, 2006

Attention please!!!



Akira memang anak nomor dua yang tanpa sengaja namun karena keadaan sering dinomorduakan. Sayangnya kami kurang ngeh terhadap masalah pe-nomordua-an ini, karena Akira tidak pernah menunjukkan gelagat protes atau bermasalah.



Tapi memang, setelah timbul masalah, barulah kami sadar bahwa selama ini Akira agak terabaikan (kayak pemerintah Indonesia ajah yah, kalo udah ada masalah baru ngeh...).Bahwasanya, kami selalu meluangkan waktu untuk Wisnu --entah itu memandikan, menyuapi, menemani naik sepeda, mengajak sembahyang bersama, menggantikan baju, mengantarnya ke kamar mandi, dan seringnya membawa serta bepergian. Terlebih lagi semua mainan didominasi oleh Wisnu, lap top semata wayang Aji dikuasai Wisnu untuk bermain game on line. Soal tidur pun, Wisnu harus ditemani.

Kalau Andhika mendapat perhatian lebih dari Akira, semata-mata karena Andika masih diberi ASI dan menangis lebih sering dari Akira. Aihhh..sedihnya jadi seorang Akira yah?

Akira bangun subuh dan biasanya langsung pup sehingga Mbak Anis segera turun tangan menyambut Akira--sementara itu biasanya Ibu sudah sibuk menyiapkan makanan untuk bekal Aji sedangkan Aji sendiri masih tidur. Tidak lama kemudian, Wisnu bangun, Ibu memandikan Wisnu dan menyusui Andhika--- Akira? Main bersama Mbak Anis dan memperhatikan lalu-lalang orang. Pada waktu Akira mau makan, semua orang sudah berangkat ke kantor. Seharian tak bertemu Ibu dan Aji. Sorenya, Ibu pulang dari kantor, Akira biasanya sedang disuapi Mbak Anis sambil nonton DVD-- itu pun kadang Akira tersingkir dari depan komputer karena Wisnu memaksanya. Dan Akira, tidak bisa dan tak pernah protes.Malam pun datang, dan Akira ditidurkan Mbak Anis di kamar sebelah--karena ibu masih harus mandi, sembahyang, makan malam dan menemani Wisnu bermain plus menyusui Andhika. Kalau Akira dipindahkan ke kamar ibu dan Aji pun, dia tidak terbangun.

Itu dia, kebetulan Akira tipenya tidak rewel. Kepalanya terbentur dinding pun dia hanya menggaruk-garuk kepalanya yang (padahal) benjol. Makannya pun banyak. Minum susunya jagoan.

Nah, sampai pada hari Senin minggu lalu, badannya panas. Mulanya hanya sekitar 38 derajat celcius, tapi semakin sore semakin tinggi panasnya. Tengah malam, panasnya meninggi hingga 40,2 sehingga ibu dan Aji melarikannya ke IGD RS Hermina Jatinegara karena menurut mamah Eha, RS tersebut dokter jaganya dokter anak. Menurut dokter Rouli, Akira terkena pharingitis (radang tenggorokan) dan antibiotik akan segera menyembuhkannya. Tapi, katanya kalau dalam 4 hari masih panas badannya, Akira harus dicek darah karena bisa jadi ada kemungkinan terkena demam berdarah.

Tapi apa? Hari Selasa sore, panasnya naik lagi sampai 40 lagi. Huehh...kami bawa lagilah ke IGD sekitar jam 1 malam. Dan kata dokter Gotot, Akira sakit karena belum bisa beradaptasi dengan udara Jakarta yang jauh lebih tinggi tingkat polusinya dibanding Yokohama. Terlebih lagi Akira hanya terimunisasi Polio (1 kali), BCG dan DPT ( 3 kali) sedangkan orang dan udara Jakarta tea....penuh kuman-bakteri-virus! malam itu kami sudah mulai waspada.

Teryata pada hari Rabu, Akira masih panas terus. Padahal Wisnu berulang tahun dan ada sedikit perayaan dengan mengundang tetangga. Dini hari sekitar jam 4, kami larikan lagi Akira ke IGD karena panasnya menukik sampai 40,6. Tidak kejang, menangis sedikit, tapi masih mau duduk tegak dan memperhatikan jalan dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sambil deg-degan kami tes darahnya, dan memang trombosit dan leukositnya lebih rendah dari batas normal walaupun dokter tidak bisa memastikan Akira terkena DBD.Menurut dokter, 12 jam kemudian tes darah harus diulang--karena Demam Berdarah bisa baru ketahuan pada hari ke-3 sampai ke-5.

Segala macam perasaan berkecamuk. Apalagi kami tahu wabah demam berdarah sedang merajalela di Jakarta. Ibu tambah senewen sewaktu sore harinya diberitahu Mbak Anis bahwa panas badannya Akira tetap tinggi. Akhirnya kami bawa Akira ke dokter Handi yang baik hati nan sabar di RSB Duren Tiga. Sebelumya kami cek darah lagi --karena jika memang hasilnya diduga terkena demam berdarah, kami harus melarikannya ke Rs lain yang menyediakan fasilitas rawat inap bayi. Menurut dokter Handi, tampaknya bukan DBD. Apalagi katanya tenaga Akira masih besar dan mampu menendang dokter yang tengah memeriksanya. Yaaa, namanya juga Akira.

Hari Jumatnya, panas Akira turun, tapi mbak Anis melaporkan ibu bahwa sekujur tubuhnya Akira sekarang keluar bintik2 merah. Alahhh..kalo DBD gemana? Kontan saja ibu angkut Akira ke RSB lagi sepulang kantor. Dokter Handi meyakinkan bahwa ini BUKAN demam berdarah, tetapi sejenis virus lain semacam campak, tapi tidak seoarah campak.

Legaaaaa.....dan bonusnya sebuah kesadaran bahwa Akira perlu diperhatikan lebih banyak. Jangan mentang-mentang anaknya gak protes, jadinya terabaikan. Keciannnn....kan???