Friday, December 29, 2006

Menutup pintu 2006

Forest Gum yang menganalogikan hidup layaknya sebuah kotak coklat : You'll never know what you'll get. Ibu harus angkat topi dan setuju.

Siapa yang sangka hidup bisa lebih pahit dan getir dari jamu temu lawak? Siapa yang pernah membayangkan ternyata air mata itu bisa mengucur dengan deras berkesinambungan dan tak perduli musim seperti sumber mata air zam-zam? Tidak seorangpun juga yang memberi kode bahwa hati ini bisa perih tak terobati karena sumber penyakitnya pun tidak kunjung diketemukan.

Tapi ternyata hidup juga sudah punya tabiat tersendiri. Macam apa? Ada Yin, ada Yang. Ada panas, ada hujan. Ada marah, ada juga dimarahi (eeeh...salah, maksudnya ada juga maaf). Ada sedih, ada gembira. Ada cinta, ada gedek (tapi kalo gedek melulu sama orang tertentu apa yang salah ya? barangkali orang tsb cinta berat sama ibu). Ada masanya dompet kosong, ada masanya rejeki datang bertubi-tubi (kapan tuh yaaa? looking forward nih!)

2006 yang akan kami tinggalkan...adalah tahun disaat kami benar-benar harus bertempur lahir batin. Kaledoskop mulai neeh....eng-ing-eng...........

Januari,
Kami jalan-jalan ke Urasa menjemput salju menempuh perjalanan 5 jam dengan berganti-ganti naik kereta. Makan di restoran Indonesia di Shinjuku dengan Ide Sensei dan istrinya. Ada juga acara makan-makan di apato kita: pertemuan Persatuan Pelajar Indonesia Yokohama. Bulan ini juga Akira waktu itu baru belajar mengangkat badannya. Wisnu waktu itu sedang "menguji" kesabaran kami dengan segala macam eksplorasinya; dari nggak mau pake pampers or baju, buka2 kulkas dan mengeluarkan isinya, minum air cucian piring, huehhhh...THANK GOD IT'S OVER !!! (eit...tinggal giliran Akira n Andhika deh)

Februari,
Kei dan Hiroko berkunjung ke apato kami dan membawa segala macam perlengkapan untuk merayakan Setsubun Festival di rumah kami. Bulan ini juga pertama kalinya Akira bisa duduk. Di akhir bulan, kami sekeluarga terserang cacar air dan para teman-teman berbaik hati mengantarkan makanan dan membantu membersihkan rumah.

Maret,
Hiks...ini bulan bersejarah dalam hidup kami. Aji akhirnya diwisuda, dan kami pulang ke Jakarta. Bulan ini juga Akira sudah bisa berdiri.
Sedih rasanya memang harus meninggalkan Jepang dan para teman yang baik hati, tapi....namanya juga kami orang Indonesia masak iya gak mau balik ke tanah air?

April,
Adjustment tegangan tinggi untuk kami semua. Beratnya untuk Aji karena belum ditempatkan dimana-mana dan belum ada pekerjaan; sedangkan yang namanya Aji itu mana bisa begitu-- datang ke kantor, bengong2 gak ada kerjaan. Kami kembali tinggal serumah dengan kembaran Aji beserta suami dan anaknya plus baby sitter and pembantunya. Wisnu dalam tahap penyesuaian diri dengan Alexa, sepupunya, yang main bersama-lah, bertengkar-lah, dll.

Mei,
Akira pertama kalinya sakit panas selama seminggu. Selama ini mah yang namanya Akira mah tahan segala cuaca. Tapi ya namanya juga baru 3 bulan di Indonesia, berkenalanlah Akira dengan segala macam bakteri dan virus setempat. Kami sekeluarga juga diare hampir sebulan penuh.

Juni,
Bulan penuh rahmat: Andhika lahir dan Akira ulang tahun ke-1 tahun. Semua saudara datang berkunjung...just like the old days waktu Wisnu ultah pertama kali.

Juli,
Matahari semakin bersinar; Pas tanggal 24 Juli ada 2 kejadian sekaligus :Aji dapet promosi jabatan, ibu mulai menjadi karyawan full time--melalui sebuah perjuangan negoisasi.

Agustus,
Akira sakit panas lagi. Kali ini benar-benar heboh, sampai 3 malam berturut-turut kami larikan Akira ke UGD. Untungnya bukan jenis penyakit yang gawat. Bulan ini Wisnu ultah ke-3 tahun dan kita mengadakan syukuran kecil-kecilan serba Thomas.

September,
Tak ada september ceria...malah kejadian-kejadian yang bikin nyolot. Keadaan yang tidak memungkinkan, suasana hati yang kurang kondusif, cara pandang kami yang berbeda dalam satu rumah dengan beberapa kepala. Sungguh berat memang kalau menjalani sesuatu karena terpaksa. Semoga hati yang terluka pun bisa sembuh oleh waktu.

Oktober,
Akira lancar berjalan tapi sudah bisa pup di kloset! Aji dapat promosi jabatan. Ibu dapat duit tambahan dari ngajar-ngajar. Merek susu yang dikonsumsi anak-anak jadinya bisa sedikit naik peringkat: dari SGM ke kelas susu bendera lahhh...

November,
Di bulan inilah akhirnya ibu menyerahkan diri ikut program pemerintah; KB. Lah...selama ini mah emang kami nurut aja, mau dikasih anak 3. Tapi sudah cukuplah sekarang, tinggal bertempur mendidik mereka. Andhika sudah mulai telungkup dan berguling.

Desember,
Bak tamparan di muka, ternyata Akira selama ini tidak dalam kepengasuhan baby sitter yang penuh cinta. Sulit memang untuk diterima akal, tapi paling tidak ibu sudah berusaha memberikan yang terbaik. Things happen, you know. Memang ada juga kecewa: udah bayar uang tiket pesawat, gak jadi berangkat ke Bali. Tapi ternyata langit rahmat itu sangat luas...ada aja kok yang bisa membahagiakan: nginep gratis di hotel, bonus akhir tahun, hang out sama temen-temen, liburan sama anak-anak...

Untuk segala yang terjadi di 2006 kami panjatkan ucapan syukur atas semua berkah dan perlindungan dari Yang Kuasa. Seandainya ada saat-saat kami mengeluh, meratap atau merasa terbebani dengan segala rintangan ataupun cobaan mungkin adalah cermin diri yang masih belajar tentang kehidupan.

2007 yang datang kini, kami sambut dengan harapan dan doa dalam hati.
Menjalani kehidupan adalah suatu tugas mulia. Sesungguhnya jika kami dikhianati, dicurangi, ditusuk dari belakang, dicaci-maki, dihujat...seharusnya kami menyadari tugas kami adalah memberikan kedamaian kepada para pencari damai. Jika ada masa kami merasa gembira dan suka hati, sesungguhnya itu juga bentuk cobaan akan kekuatan diri: apakah kami bersyukur, apakah kami bisa berbagi, apakah kami ingat hal-hal yang lebih abadi.

Selamat Tahun Baru! Semoga kita tetap dapat berupaya yang terbaik. Mudah-mudahan kita juga selalu mencoba memiliki hati yang lapang dan bersih.

Monday, December 25, 2006

Menikmati peran di Hari Ibu

Sejak hari Selasa, ibu sakit dan tidak ke kantor. Sakit apa? Maag. Nah, ini juga hal yang aneh. Padahal, terakhir kali ibu kumat maagnya itu tahun 1992 --masa-masa kuliah masih dobel (Rawamangun di pagi hari, Depok di sore hari), kurang makan n kurang duit. Kenapa juga yah tiba-tiba kumat?Terus malemnya sempet ke UGD segala n disuntik Zantac satu ampul; barulah berhenti nyengir kuda (karena sakit--bukan karena cengengesan).

Trus rabunya, aji ikutan bolos karena flu berat n batuknya kayak orang mau mun-mun tapi gak bisa. Gitu deh..gara-gara lendirnya macet di saluran pernapasan. Nah...niatannya kita mo istirahat aja di rumah..eh gak bisa juga karena Klinik Pela 9 telepon mengingatkan bahwa kita punya janji ketemu psikolog untuk Akira. Jadinya ajahhh..kita sibuk juga nganterin Akira. Hasil observasi terhadap Akira cukup mengejutkan. Satu, tidak ada trauma pengaruh dari si baby sitter yang sudah hengkang karena Akira masih kecil dan kapasitas memorinya masih terbatas. Dua, sebenarnya kelihatannya malahan IBU yang mengalami trauma (:((huuuuu...pantesan mendadak ibu sakit mag) dan ibu kudu MOVE ON ceunah... dengan menguatkan diri or mengarfirmasi diri bahwa IBU SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK. #:-S. He-euh pisan!!! Tiga, Akira termasuk anak yang mempunyai kemmapuan motorik n analitis logis di atas rata-rata anak sebanyanya tapiiiii...kemampuan verbalnya agak tertinggal jadi sebaiknya diikutkan terapi bicara ringan seminggu dua kali. Duhhhh...masak iya siih Akira segitu parahnya sampe kudu terapi??? :-B

Singkat kata, kami nurut aja dehhhh sama expertnya! Kita lihat aja ntar, setelah sekali ato dua kali terapi kita coba sendiri di rumah. Ibu memang guru bahasa, tapi bukan terapis bicara jadinya kagak tahu begimana kudu stimulasi Akira. Mau tidak mau belajar dulu bukan dari si terapisnya?

Malam itu.... kami kira semua berlalu dengan damai...ternyata kwakwaw...Andhika minta perhatian. Sakit panas dia! Tengah malam muntah n mencret. Kesiannn..sampe lemas, lesu dan tidak bersuara. Tapi baru kamis sorelah kami bawa ke dokter.

Kamis malam....gantian Akira yang panas, mencret n muntah juga. Panasnya gak seberapa, tapi karena kemungkinan tenggorokannya sakit untuk menelan sedangkan dia kehausan jadinya nangis n ngambek gak karuan. Uihhhh...untung aji ikutan berjibaku, sementara ibu sibuk bersihin muntah n pupnya Akira, Andhika nangis juga tengah malam minta susu. Pokoke rameee!!!

So, jumat sebagai hari Ibu...mata ibu kuyu, badan sakit-sakit, dua anak sakit, Aji batuk-batuk terus. Siangnya karena Akira sakit, jadi ibu lebih banyak menyisakan waktu memeluk Akira. Alhasil, Wisnu nangisss cemburu . Mau tahu apa jeritan Wisnu?
" arrrghhh...Wisnu yang mana dong? Wisnu gak kebagian......huuuuuuu, Akira gak boleh dapet ibu, itu ibu Wisnu"
" Wisnu, sini duduk sama-sama Akira. Ibu pangku Akira di kiri, Wisnu di kanan"
" arghhhh..gak mau, gak muat, gak muat, gak bisa. Wisnu dimana doong?"

Alahhhhhh.............jadi inget siapa coba? Itu lohhhh..baru anak yang kudu berbagi dekapan ibu dengan adik kandungnya. Gemana kalo istri tua n istri muda getooooooo???[-XPunten pisan: Masih yakin bisa berlaku adil 'kang Gym???:P

Tahun ini, hari ibu ......aih...sunggguh tak disangsikan cinta anak-anak ibu. Kadang pengen ketawa (sembari kesel karena denger teriakan dan rengekan) liat Akira n Wisnu rebutan minta dipeluk/dipangku. Dann..kayaknya bentar lagi Andhika bakalan berpartisipasi!

Ibu teringat juga Nini, yang sekarang semakin tua dan sering merasa sepi karena anak-anaknya tidak lagi berebutan minta dipeluk or minta diajak kemana pun Nini pergi. Padahal, dulu kami--anak-anaknya-- sedih luar biasa kalau ditinggal pergi. Ternyata sekarang kami yang sering menyebabkan beliau merasa ditingalkan either karena disibukkan pekerjaan or jalan-jalan tanpa merasa perlu mengajak Nini.

Ibu juga teringat Niang, ibu mertua ibu alias ibunya Aji, yang sekarang sudah mulai pensiun dan akan melalui masa tuanya di Singaraja, dan akan disibukkan dengan semua tugas ibadah dan pengabdian masyarakat terhadap desa adat mendampingi Kakiang . (hiks....someday I'll end up the same, though).8-

Ibu juga teringat teman ibu yang jauh di sana, yang sangat tegar jauh dari ortu n sanak saudara, mengurus sendiri semua pekerjaan rumah tangga n anak, dan sering masih menyempatkan diri memperhatikan dan membantu orang lain dengan tulus, ikhlas. Wis, pokoke angelina pisan.

Ibu juga tidak bisa tidak teringat teman ibu juga yang tengah berjuang mengumpulkan kekuatan dan membulatkan tekad untuk mewujudkan impiannya dalam membentuk dan mendidik anak-anaknya sesuai dengan nilai-nilai dan idealismenya, meski tidak akan mudah or tidak akan murah.

Ibu juga teringat teman lain, di tengah gelombang derita dan kesepiannya menjanda demi suatu pilihan : menemukan diri sendiri. Setelah belasan tahun menikah, ternyata merasa hidupnya melulu untuk orang lain: entah untuk suami or anak. Temanku itu yang merasa hidupnya tak seberuntung orang lain yang entah kaya raya, or menikahi suami yang kaya or mempunyai ortu yang memberikan kasih sayang or memiliki suami yang memahami perasaan dan kebutuhannya. Walaupun seluruh dunia mempertanyakan keputusannya menempuh perceraian, hanya satu pertanyaannya kepada dunia , " Tidak berhakkah aku bahagia? Tidak berhakkah aku menempuh hidup dengan cara yang bisa membahagiakan aku?".

Well, semua ibu punya cara dan pandangan masing-masing mengenai perannya. Tapi memang, there is no easy way to be a mother. Ibu kutip sms dari teman ibu :

A mom is God's love in action, She looks with her heart and feels with her eyes.
A mom is the bank where her children deposit all their worries and hurt.
A mom is the cement that keeps her family together and her love lasts a lifetime...


Anyway, happy mother's day for all the moms all over the world!

Tuesday, December 19, 2006

Berenang gratis (lagi)

Ini foto Aji dan Ibu berduaan aja niiih (cailah, mati gaya banget pada yak!) Dimana nih? Niiih...di sini.

Acara apa gerangan? Adiknya aki, eyang Tien, yang tinggal di Surabaya sedang berkunjung ke Jakarta dan kebetulan ultahnya dirayakan di sini. Aki sebagai orang yang dituakan, diundang dan dimintai wejangan.

Kami sekeluarga judulnya menemani Aki, karena Nini (seperti biasanya) kurang antusias datang ke acara dari pihak Aki. Siapa siih yang gak seneng bisa ketemu saudara? Apalagi kalo kita bisa berenang gratisssssss!!!

Wisnu, Akira dan Aji yang tengah pilek ternyata bisa juga tetap menikmati keriaan berenang. Wisnu dengan kaca mata renang 'n ban berenang bergambar Thomas yang tak akan ketinggalan. Apalagi Aji pake kacamata renang juga (karena tanpa kacamata renang berminus 4.5 ini Aji bakalan burem ngeliatnya), Wisnu jadi pengen ngegaya pake kacamata renang juga dung!

Ibu ? yahhh.di pinggir kolam ajahh motret!
Liat dong Akira....awalnya karena masih mengantuk (karena tidur selama perjalanan), ogah-ogahan nyemplung ke kilam renang, tapi....sesudah nyebur.... alamak..... kegirangan kecipak-kecipuk , menyiram-nyiram badannya sendiri, dann..meronta-ronta gak mau keluar dari lolam renang saat makan siang sudah tiba.

Yang sungguh tak disangka adalah sambutan Aki pada acara ultah
Eyang Tien ini .....

" kita sebagai kakek/nenek jaman sekarang harus sadar bahwa peran kita berbeda dengan kakek nenek jaman dulu. Sekarang ini, tugas kita ganda, kita dituntut lebih. Jadi ya seperti saya hari ini, harus menemani para cucu berenang dulu. "

" Dan dalam usia panjang yang diberikan kepada kita (catatan : Aki umurnya 76 tahun), yang terpenting adalah kita harus senantiasa merasa berbahagia."

Ck...ck....gak sangka si Aki ternyata seorang orator juga euy! Hidup Aki!!!

Wednesday, December 13, 2006

Barang-barang warisan

Sudah tahu beluuum...Andhika sekarang umurnya 6 bulan? Lucu juga rasanya menyadari bayi merah macam Andhika ini sekarang sudah akan menjadi toddler. Very soon... bakalan teriak-teriak n ngeberantakin rumah joinan ama Akira dan Wisnu.

Nasib jadi anak ketiga tea, segala macam baju n barang-barang yang dipakai kebanyakan merupakan warisan dari kakak tertua dan sudah dibelelin kakak nomor dua. Tapi yah lumayan lah ..masih bisa buat ngeceng!
Baju ini dipakai pertama kali oleh Bli Wisnu pada bulan Desember 2004 pas lebaran. Bli Akira juga sempet ngeceng pake baju ini bulan Desember tahun lalu, 2005. Gak percaya? Coba aja cek di sini. Naaah...Desember 2006 ini ternyata tuh baju udah hampir kesempitan di Andhika. Jadi kudu difoto dulu ah ama baju bersejarah, sebelum diwariskan sama sepupunya Andhika yang bakalan lahir bulan Februari nanti.




Hari senin kemarin adalah hari perdana bagi Andhika untuk makan bubur saring dan wortel. Lahap? ya....anak siapa gitu lohhhh !!! Ya lahap lahh... Malah kata mbak Sri, yang menyuapi cenderung 2 sdm bubur itu kelihatannya kurang untuk disantap dua kali sehari. Tapi pelan-pelan ajalah ya, nak! Biar pencernaannya nggak kaget. High chair ini juga dibeli jaman Bli Wisnu baru mulai makan bubur saring lho!


Hari Selasa, kami bawa Andika jalan-jalan. Sementara Akira duduk di high chair dan keukeuh pengen makan sendiri sembari ngeberantakinnnn, Andhika kebagian nyobain duduk di stroller. Nah, ini stroller bukan sembarang stroller lohhh...Stroller penuh jasa yang udah kelayapan ke Bali, Yokohama, Urasa. Dari jaman Wisnu yang naik, Akira dan bentar lagi bakalan dihibahkan ke Andhika. Walaupun sekarang Wisnu masih berebutan dengan Akira mau naik stroller ini, gemana nanti ya kalo berebut ama Andhika juga???

Wahh..kalau liat anak-anak makin lama makin besar, apa ya nggak kita si ortu jadi merasa makin lama makin tua juga..... Mana katanya anak laki mah cepet "pergi dari rumah" alias menginjak teenager bakalan punya dunia sendiri. Huuu...ibu kudu siap-siap punya hobi deeeh.

Sunday, December 10, 2006

Shocking news : My son has been abused

Siang hari, baby sitter Andhika sms ke ibu, "Ibu, saya dan Ipah mau bicara sama ibu, tapi gak di rumah. Nanti saja kalau ibu sudah sempat".
Tumben-tumbenan... selama ini kalo ibu dikantor, kayaknya gak pernah terima sms macam begitu. Lalu ibu telepon ke rumah, kata si Sri, sang baby sitter, lebih baik tidak di telepon bicaranya. Jadi ibu pulang lebih cepat, dan memang udah niat mau pulang kantor lebih cepat supaya bisa masak lasagne untuk tetangga.

Sambil masak lasagna, rasanya ibu seperti disambar geledek mendengar pengakuan mbak Sri dan Mbak Ipah. Ternyata selama ini mbak Anis, pengasuh Akira, cuma pura-pura sabar dan telaten di hadapan ibu. Kenyataannya?

Pertama, Akira sering dipaksa makan. Bagaimana memaksanya? dijejelin sambal! Alasannya, Akira kalau makan diemut, jadinya kalo dikasih sambal makanan yang ada di mulutnya langsung ditelan. Yah, gila aja! Anak umur 18 bulan dikasih sambal!!
Kalau tidak ada sambal, kuah sayur yang pedas pun dijadikan pengiring makan Akira, sehingga Akira sering makan sambil menangis tersedu-sedu. Pernah, suatu malam Akira batuk-batuk dan akhirnya muntah --ibu kira waktu itu Akira masuk angin; ternyata siang harinya Akira dijejali sambal, sehingga malamnya semua makanan dimuntahkan kembali sampai-sampai saat muntah itu Akira juga memuntahkan lendir. Tidak ada yang berani cerita bahwa Anis menjejali sambal.

Kedua, kalau Akira tidak mau minum susu, botol susu dibuka dotnya lalu susunya dicekokkan ke mulutnya dengan cara menuangkan langsung dari botol ke mulut Akira sampai susunya tumpah keseluruh muka dan tubuhnya. Ya Tuhan...sungguh keji betul!

Ketiga, kalau Akira tidak mau tidur siang, matanya diikat dengan kain bedong sehingga dia tidak bisa lihat apa-apa dan menangis sampai tertidur. Ipah pernah memergoki Anis menutup mata Akira, dan bertanya kenapa harus begitu jawabannya Anis " abis saya kesel, gak mau tidur-tidur.

Keempat, Akira sering dibentak-bentak. Misalkan Akira tidak mau makan, dimarah-marahi " sana, kamu makan batu aja!" lalu Akira diseret ke kamar mandi dan kepalanya diguyur air. Kalau Akira berusaha merenggut jeruk yang sedang dikupas Anis, lalu Akira yang malang akan dihardik " kenapa sih kamu ini gak sabar sekali, diam!".

Air mata ibu sampai sekarang rasanya tidak bisa berhenti, kalau harus membayangkan semua itu. Apalagi kalau mengingat pernah beberapa saat ibu ada di luar kota dan aji juga tidak pulang karena harus lembur.... apa rasanya jadi seorang Akira?

Meskipun hati ini perih sekali, ibu dan aji memutuskan untuk memanggil Anis keesokan harinya saja. Khwatirnya kalau malam hari kami menyidangkan prilakunya, dia melakukan hal-hal yang tidak kami inginkan; bisa aja kan dia masukkan racun ke susu Akira saking sakit hati karena dipecat.

Paginya, jam 6 pagi, setelah Anis selesai mandi, kami panggil. Aji, dengan nada yang sangat wajar bertanya

aji : selama ini ada masalah gak Nis, dalam mengurus Akira?
Anis ; gak pak.
ibu : benar? Akira kan sedang susah makan, terus kamu bagaimana kalau Akira tidak mau makan?
Anis : saya bujuk, bu
ibu : mengaku saja kamu, itu lebih baik untukmu dan untuk saya. Tuhan Maha melihat, nis.
Anis : maksud ibu, saya pukulin Akira , gitu? saya gak pernah.
ibu : ok, kamu tidak pukul akira, tapi kalau Akira tidak mau makan, lalu kamu
bagaimana?
Anis: ya saya bujuk gitu bu.
ibu ; benar?
Anis ; iya bu
ibu : (menarik nafas, airmata sudah hampir menggenang) lalu mengenai sambal
bagaimana? lebih baik kamu mengaku.
Anis : saya cuma kasih sekali kok bu, itu juga airnya saja.
ibu : (sudah tak tahan, tapi masih berusaha menarik nafas panjang) airnya saja? itu
pun sambal. Akira itu masih 18 bulan, ususnya itu tidak kuat. kalau terjadi
apa-apa dengan anak saya, lalu bagaimana? terus kalo Akira tidak mau minum
susu bagaimana? kalau tidak mau tidur kamu apakan? keterlaluan kamu , nis.
hati-hati kamu, suatu hari kamu pun akan punya anak.
Anis ; (diam)

Lalu mengalir deraslah airmata ibu. Duh, gusti...malang benar nasib anakku itu, kurawat sendiri sedari bayi merah sampai 9 bulan. Setiba di Jakarta ternyata kuserahkan kepada manusia macam begitu.

Ibu : saya mendatangkan kamu baik-baik, jadi kamu juga saya kembalikan baik-baik. Sekarang kamu bereskan baju-bajumu, saya antarkan ke Lebak Bulus. Kamu pulang saja ke Ponorogo sekarang, saya sudah telepon Yayasan penyalur kamu.

Lalu ibu tidak kuat lagi, menghambur keluar dari kamar anak-anak, dan melepaskan tangis di kamar. Aduh, Tuhan.... apa dosa Akira, diusianya begini sudah jadi bahan siksaan pengasuhnya.

Meskipun Anis sudah dipulangkan, hati ini rasanya masih sakit. Apalagi setiap ibu meihat sambal, yang terbayang adalah wajah Akira dijejali oleh Anis. Tak kuasa rasanya.

Memang kita tak pernah tahu apa makna dari kejadian buruk. Tapi kejadian seperti ini rasanya terlalu memukul; seperti tamparan keras disiang hari. Ibu mana yang rela anaknya disiksa dan dimaki-maki orang lain. Semarah-marahnya kita sebagai ibu, tak akan rela rasanya jika orang lain memperlakukan hal-hal seperti yang sudah Anis lakukan kepada Akira.

Di mobil, Anis berkata : maafkan saya , bu. Ibu tidak berkata apa-apa. Semoga hati ibu dilapangkan dan dibebaskan dari rasa sakit hati.

Thursday, December 07, 2006

Akira ternyata sudah besar

Bermula dari e mail seorang kawan lama di Yokohama, yang menunjukkan kerinduannya kepada Akira dan mengira-ngira seperti apa Akira sekarang, dia menulis: " Akira must be a powerful boy now". Superboy kali ah!

Kemudian, setelah itu, ibu terhenyak dengan komentar Tante satu ini " Akira dah besar ya?" setelah melihat foto terbaru Akira. ibu mikirr...bener juga ya?

Akira, akan berusia 18 bulan minggu depan. Udah bisa jalan? Jangan ditanya! Sebelum ulang tahun, dia sudah bisa !Walau seringnya nabrak tembok karena kurang pakem remnya , dia sudah mahir dan hafal denah rumah. Gayanya pun sudah segala rupa.

Kalau bangun tidur, gak pernah nangis. Sekitar subuh, begitu membuka mata, dia cari mainan sendiri. Kalau gak ada mainan, dia turun dari tempat tidur dan menghampiri keranjang isi botol susunya. Mengambil botolnya, dan milk container berisi susu formula yang biasa diminumnya, lalu menyerahkannya kepada ibu atau aji sambil bilang "makasihh". Itu cara Akira membangunkan kami.

Sesudah minum susu, dia biasanya pup. Kalau dia udah mulai ngeden, langsung kita larikan ke kamar mandi. Akira ini sudah bisa pup di kloset sejak usia 1 tahun. Entah siapa yang pantas dipuji : Akira atau pengasuhnya? Nah sekalian membersihkan pupnya, biasanya Akira langsung dimandikan. Jadi jam 7 pagi, sebelum kami berangkat ke kantor, Akira sudah wangi.

Sesudah mandi, Akira biasanya langsung menyambangi meja makan dan mencomot makanan yang diminatinya. Nah tapi soal comot-mencomot ini mah kebiasaan kelihatannya. Kadang saat dia makan dan ada orang lain yang makan, Akira akan menghampiri dan mencaplok salah satu jenis. Dan, sebelumnya makanan yang ada dimulutnya akan dilepeh demi memasukkan makanan lain.

Soal makan, Akira jagonya. Padahal baru makan pagi, lihat bli Wisnunya makan spaghetti, dia akan menghampiri. Jadi untuk mengakali Wisnu yang sedang susah makan, kami bilang ke Wisnu " ayo nu, cepat habiskan makanan kamu, kalau gak nanti dimakan Akira". Biasanya sih melihat Akira siap menyambar isi piringnya, Wisnu akan segera menyantap makanannya.

Akira mungkin lahir saat musim panas di Yokohama, sehingga waktu bayinya pun kalau belum keringetan dia belum berhenti menyusu. Di sini, tidur di kamar tak ber-AC pun dia santai-santai saja.

Akhir-akhir ini tengah malam jam 2 Akira sering terbangun dan mengoceh sendiri, sementara ibu nongkrong di depan komputer dan aji tidur dengan pulas.Kalau dia sudah bosan, dia akan menghisap jari tengah dan menyusup ke pundak Andika atau mengusap-usap kaki Wisnu sampai tertidur.

Akira dan Wisnu juga makin kompak sekarang, mereka suka main bersama. Ada aja cara mereka bermain. Kadang main mobil-mobilan, korek-korek tanah, tuang-tuang air, gebuk-gebukan bantal, lari-lari kesana kemari dalam rumah, pura-pura telepon-teleponan, berebutan baca buku cerita, dll.


Iya juga ya, Tante Niken! Akira sudah besar!

<

Monday, December 04, 2006

Blessing in disguise

Kami memang sudah berencana ke Bali dari jauh hari. Dapat tiket murah pula. Tapi, namanya manusia, yah cuman kuat berencana. Tuhan menentukan. Kalau pas penentuannya berbeda, mah kecewa pasti ada bukan? Apalagi kalo judulnya batal ke Bali karena aji harus lembur menyelesaikan RUU. Tapi, karena lemburnya di hotel....jadi ya kekecewaan kita agak terobati juga.

Boyongan ke hotel? Kenapa tidak...? Ini pun bukan pertama kalinya. Sekeluarga plus para pengasuh? Pengasuh pun manusia.... (apa coba). Ngapain di hotel? Tuhhh...nemenin anak-anak berenang. Akira sudah mulai berani. Wisnu bergaya dengan kacamata dan ban renang Thomas-nya. Andhika? nonton dulu aja lahhh.


Aki juga ternyata bisa menikmati suasana, berendam di jacuzzi, berenang beberapa lap. Kadang kami lupa, aki tuh udah tua sekali . 76 tahun lho! Masih sehat, segar bugar karena makan teratur dan tidak banyak mengeluh.(sedangkan ibuuuu..baru 33 tahun tapiiii ngeluuuhhh terusss). Tambahan lagi ibu suka seenak-enaknya udel minta tolong aki ke rumah untuk nemennin Wisnu semnetara ibu keluar kota. Aki, yang tersohor sabar dan sayang sama semua cucunya, rela aja bolak-balik Bintaro-ps Minggu tiap hari.

Senang juga kita semua, meski tak bisa ke Bali. Real-rela-rela 1,5 jeti menguapppp...