Tuesday, December 30, 2008

2008 is like that

I have taken my job too serious, I guess. I thought that one of ways to do it is to do things a little bit more. The goals that I set for my self have made people think I was unrealistic, too ambitious and whatever-the-words-they-have. The problem is I can't take the regular notions of operating the way other have always in mind because I feel those ideas would be a dope which in turns will paralyze me, my brain, and my whole life. Perhaps I am being sadistic to my own creativity for no clear reason.

Living like the tv-series familiy is my laughing stock. The truth is, I am not compatible with the idea of sharing everything. I should say that I always need a clear gap between my personal inventories and social necessities. Grew up as an independent entity who deserves respect for individual space and priorities, I have to struggle now living as a social agent who has to be able to bend for peace. I am not obliged for other's happiness but they demand equlibrium by cheering me how wonderful life could be with me accepting other's minuses.

I have anger, not yet diminish. I have integrity, not yet ruined by beliefs and religious threats. I try so hard not to blow up but God, if You are really there, for me, please do not push me over the line. I would crack someones' hope of having me as his so-called "ideal" (in terms of life, relationship, posession) if you are just standing there watching over me. Aside from hope, what else have I got?

Wednesday, December 24, 2008

Bungsu Andhika

Kami beri nama I Gusti Nyoman Andhika Rai, yang lahir pada tanggal 11 Juni 2006. Kalau menurut horoskop barat, Andhika seorang Gemini.

Lain belahanbumi, lain ramalannya. Menurut horoskop Cina, Andhika bershio Anjing dengan unsur tiang langit Api dan Elemen yang mempengaruhinya Tanah. Menurut leluhur Tionghoa, orang kelahiran tahun Anjing umumnya jujur, cerdas, dan terus-terang. Ia adalah manusia yang tidak sombong, yang memiliki naluri kemanusiaan yang amat mendalam. Rasa kesetiaannya dan kecenderungannya untuk memprioritaskan persamaan hak dan memperjuangkan keadilan membuatnya sangat populer, terutama di kalangan kaum lemah. Watak dasarnya ramah, rendah hati, dan tidak terlalu menuntut, dan semua ini membuatnya mudah bergaul dengan orang lain. Ia selalu bersedia kompromi dan dapat dipercaya untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya.

Ia juga jarang menunjukkan amarahnya secara pribadi kepada seseorang. Yang penting bagi adalah prinsip keadilan. Jika perbuatan Anda sampai melukai hatinya, perbuatan itulah yang akan ditunjukkan oleh dia, tanpa diembel-embeli maksud tidak baik, tanpa dendam atau iri hati. Kalau semuanya sudah selesai ditumpahkan dan perbaikan yang layak sudah dikerjakan, maka dia bisa saja berdamai lagi dengan Anda seolah tidak ada apa-apa.

Sekalipun dalam usia muda, Andhika sudah belajar untuk mencium mana orang yang baik dan mana orang yang jahat.Baginya, tak ada warna kelabu atau campuran antara kedua warna itu. Namun, sekalipun Anda berhasil memenangkan kepercayaannya, Andhika akan setia untuk selamanya.Walaupun kekayaan, kekuasaan, dan kesuksesan mungkin sangat berarti bagi orang lain, hal-hal tersebut tidak berarti apa-apa bagi Anjing bila tanpa kekasih, teman, atau keluarga yang bisa ikut menikmatinya. Pada umumnya tidak tega mengabaikan suara teman memohon pertolongan.

Secara umum, Andhika tidak materialistis dan tak menyenangi kemegahan. Kata-kata dan bahasa yang muluk-muluk malah mencurigakan baginya. Dia lebih suka pembicaraan maupun gaya hidup yang tidak dibuat-buat. Dan walaupun dia tidak begitu mempedulikan uang, namun umpamanya dia sedang membutuhkan, tak ada yang lebih lengkap sarananya untuk mendapatkan itu, selain dia. Sekalipun dia terlahir dalam keluarga pas-pasan, Andhika yang bermoral tinggi mampu meningkatkan statusnya dalam hidup atas upayanya sendiri tanpa berusaha menyembunyikan asal-usulnya.


Menurut penanggalan Bali, Andhika dibawah pengaruh Wewaran ( karena lahir pada hari Redite Wage)Lintang Uluku, sehingga prilakunya giat bekerja dan selalu berusaha, tidak pernah merasa payah bekerja. Senang buat memancarkankekayaannya, loyal dan sangat dermawan kepada temannya. Merasa kesal dan tidak senang bila ada yang merintangi pendapatnya.

Pengaruh Wuku (Krulut)Dewa Wisnu, Sangat cerdas, kuat daya ingatannya, bijaksana, konsekuen dalam tindakan, tabah menghadapi penderitaan, agak pemboros, percaya diri dalam segala-galanya, rejekinya baik. Pengaruh Pratiti (Wedana)Ahli pertukangan, akan mampu/kaya, sopan pekertinya, suka berderma, mempunyai pikiran bersih. Sebagai pedewasaan cukup baik semua kerabat membantunya, menemui sedikit kesulitan, mengalami sedikit pemborosan, pikiran tetap tenang.
Posted by Picasa Pada dasarnya, kalo ramalannya bagus sih.... biar ajalah ....ya 'de?

Selamat hari Ibu, kawan

Sudah banyak cerita perjuangan para ibu yang diterbitkan diberbagai buku, bahkan difilmkan. Sebagai salah satu anak yang pernah dibesarkan oleh seorang ibu, saya akhirnya pun ditakdirkan menjadi seorang ibu. Dan bukan sebuah kebetulan belaka bahwa saya dikelilingi para ibu yang menemani perjalanan hidup saya, yaitu para sahabat atau pewarta selintas lewat dan tak pernah kembali.

Di tengah kepenatan hidup dalam menjalani garis nasib menjadi ibu, betapa menyandarkan kepala kita kepada seorang sahabat menawarkan kesejukan. Bukan jalan keluar yang kita temukan dalam cerita dan cekikian, namun inspirasi mengenai perjuangan dan perlawanan hidup, dan gagasan bahwa 'hey, hidup akan terus berlanjut, apapun yang terjadi'.

Sebut saja seorang ibu, dari club desperate housewives kami, si Genderang Perang. Saya senang membayangkan dirinya sebagai sebuah Genderang Perang yang terus bertalu-talu, baik di kala susah maupun senang. Namun saya bertemu dengannya di gerbang kesulitan, masalah,depresi, konflik. Staminanya yang luar biasa yang dibungkus dalam paket diplomasi yang rapi sungguh merupakan kombinasi yang cantik. Pada saat ini, tangga kehidupan menawarkan banyak hal yang menarik untuknya. Satu demi satu kehidupannya menanjak menjadi lebih baik. Tapi, yang masih menjadi persoalan adalah bahwa dalam sekian belas tahun ia membesarkan anaknya, barulah ia disadarkan bahwa selama ini ia hanya merawat anaknya, bukan mendidik. Walaupun akan terengah-engah untuk berlari mundur, satu hal dari semangat sang Genderang Perang adalah memulai kembali untuk menjadi lebih baik: dimulai dengan permintaan maaf kepada sang anak atas pengabaian atas perasaan-perasaan sang anak , menuju titian penerimaan sang anak apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sampai menghantarkan sang anak mencapai potensi yang maksimal.

Sebut jugalah kawan saya yang lain, si Pedang Samurai, yang tajam pengamatannya, lantang suaranya, bisa membelah gunung dengan keteguhan hatinya. Namun jika anda tahu titik yang tepat, meskipun ia dibuat dari baja keras dan telah ditempa dengan api yang sangat panas, setitik air rasa cinta anda bisa membuat pedang itu mendesis dan menurutnya, menumpulkan mata pedangnya. Hidupnya yang konon keras itu dimulai dengan didikan ibundanya yang bagai tiran menjadikannya sebilah pedang yang tajam, keras, kokoh. Banyak orang salah menafsirkan watak kawan saya ini, menganggapnya sebagai orang yang kaku, tak bisa ditawar, seorang tiran juga. Di sisi yang lain, yang saya lihat, ia menawarkan hati yang sangat lembut untuk anaknya yang sematawayang. Bukan berarti ia memanjakannya, namun satu hal yang saya saluti adalah kemampuannya mendengarkan sang anak. Bukan hanya apa yang dikatakan sang anak, namun sampai ke inner voice nya. Jikalau ada nominasi penghargaan hari ibu, saya akan memberinya satu untuk predikat yang berbeda dengan teman si Genderang Perang. Meskipun demikian, ia masih harus berjuang untuk menyeimbangkan antara aturan yang konsisiten dan kasih sayang.

Saya sendiri, masih mencari bentuk yang tepat dalm meng'ibu'i anak-anak saya. Mengapa? Personalizing your education merupakan tantangan yang terberat bagi saya. Bagaimana mendidik didefinisikan sebagai penetapan aturan main yang jelas dan adil, ada ruang gerak untuk kompromi dan dialog, pencapaian masing-masing anak atas potensi yang dimiliki, dengan bonus penerimaan atas kesalahan dan kekurangan anak. Di luar lingkaran itu, ada pagar norma masyarakat, nilai-nilai religius, kompetisi dan tantangan.

Rasanya jadi ibu jaman sekarang, tidak cukup bisa memandikan, memberi makan dan menina bobokan. Bertumbuh kembanglah seperti anak-anak kita, kawan ibu. Adapt and adopt along the way.

Monday, December 15, 2008

With all my respect

Dearest Mom(in-law),


I finally decided to write a letter to you, as I would not have the right words nor "appropriate" facial expressions. As I have never been born as one of your offsprings, and I would never be able to aggree with you all the time, allow me to tell the other side of stories.

I have learned to love your only son as a unique person. I guess I have been quite lucky to choose life I have been in , being married to a wonderful personality with high level of tolerance and patience.

With three children that we have, your son and I are struggling to lay the basic values for them. Not only both of us are rookies in children psychology and education, but we also need time to come to the same point of understanding. I grew up in the more challenging environment: having to prove things --on of them is being independent and self-sufficient , while he was nurtured in the contrast of strict paternal role and patient maternal figure. We encountered constant arguments , yet somehow find connections betweeen us, because we promised ourselves that we will parent our children better than our parents .

We are grateful to be allowed to use your house, from the day we got married until our 6th year. This house used to be brighter and more peaceful with two families living in together (Many wonder how we could) . Somehow, lately the idea of sharing does not seem to be able to be the most wanted idea anymore.

Firstly, these two families are no longer compatible. We have different needs, while things or expenses just could not be simply split into two. Equality seems to be harder to define. How could you see home telephone bills when you solely rely on your handphones, and electricity when the other side of the family seems to waste away the use of aircon, or fridge or other electronic devices with bigger voltage? When one family seems to feel the urgency to use certain space of the house without bother asking the need of the other side of the family, while the other side does the same thing seems to be totally unforgavable.

Secondly, allow your son to have his own happiness and his own life. He is not responsible for his sibling's happiness, let alone twin sister. Grown as twins, they have to be made aware that they lead different lives. None of them have to endure longer competition in any sector. Should they have to go through hurdles in life, they are two separate mature individuals who have different strategies. Just let them find their own ways.

Thirdly, allow us to lead our own lives. Please give us some room to move without being compared to other offspring of yours.

Monday, December 01, 2008

Andhika gemeessssssssss

Tante, tante, aku pingin jawil pipi tante dooooong, boleh nggak?
Kelihatannya empuuuk heheheh
Coba ya? coba ya? boleh kannnn?
Gak sakit kooook, bener!!



Selain jawil pipi, aku mau coba lain doong.
Muka tante bisa dipenyokin gak? dikecilin?
Aku coba yaa? coba doong, pleaseeee
Nah kayak gini, dikecilin lagi bis agak tante mukanyyaaa??


Oahahhaha..tante emang luccuuuuuuuuu
Posted by Picasa