Tuesday, March 03, 2009

In your eyes

In your eyes


And I think I finally know you
I can see beyond your smile
I think that I can show you
That what we have is still worthwile
Don’t you know that love is like a thread
That keeps unraveling in bedIt ties us back together in the end

In your eyesI can see my dreams reflections
In your eyesI found the answers to my questions
In your eyesI can see the reason why our love’s alive
In your eyesWe’re drifting safely back to shore
And I think I’ve finally learned to love you more

And you warned me that life changes
And that know one really knows
Whether time will make us strangers
Or whether time will make us grow

Ohh, even though the winds of time will change
In a world where nothing stays the same
Through it all, our love will still remain


Feels like singing it? Click here

Sunday, March 01, 2009

Ternyata....

Tuhan menempeleng saya dengan keras beberapa kali sudah di awal tahun ini. Mungkin jidat saya sudah terlanjur bebal dengan kemplangan ringan . He he.

Kemplangan pertama, mengenai pekerjaan.
Saya bukan nabi, juga tidak membawa amanat apa-apa dari Tuhan. Punya misi juga tidak. Tapi jika dua bulan pertama di 2009 ini ada beberapa orang yang menunjuk saya sebagai biang keladi suatu kegagalan proyek, atau tidak terselesaikannya pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya (catatan : Bukan tanggung jawab saya), itu bukan anugrah. Saya juga tak sudi berkampanye untuk membersihkan nama baik saya (wong saya sendiri ndak jelas, apakah nama saya baik atau buruk, atau bahkan saya punya nama atau ternama).Punya partai juga tidak. Terimakasih saja, Tuhan, saya numpang ngetop sesaat karena caci maki.

Kemplangan kedua, mengenai hubungan. Hubungan bilateral adanya: ibu-anak, anak-ibu, mertua-menantu, kakak-adik. Saya memang penakut. Takut kecewa jika harus mengharapkan. Takut sendiri kalau mau mendekatkan diri. Berusaha keras untuk tidak minta pertolongan apalagi menggantungkan diri. Ternyata, saya harus kejungkir dan terbalik. Gengsi harus saya kantongi. Mau apa,kemudian? ya....terimakasih saja Tuhan, saya masih KAU tempeleng.

Kemplangan ketiga, saya merasa hidup sudah terlalu enak. Punya segalanya sih tidak,tapi paling tidak bisa sedikit bernafas lega dan cengengesan lebih sering. Suami, ada. Dicintai, iya (walau gak dimuluk-muluki). Teman, hebat-hebat, tinggal sms-tinggal telpon-tinggal bilang-tinggal pesan. Kesehatan, tidak ada keluhan. Terus......tiba-tiba , JUEDER!!!! Saya terjerembab, nyusruk ke dalam ketidakpastian tentang keajegan ini. Wow, Tuhan memang punya skenario jitu untuk memutar isi kepala saya yang (mungkin) hampir congkak.

Ternyata, saya ini bukan siapa-siapa, tidak berkuasa apa-apa. Saya bisa saja kehilangan segalanya dalam hitungan detik. Dan, pada saat ini, dalam hitungan detik saya cuma bisa merasakan sensasi bahwa saya pernah diberi kesempatan untuk hidup. Lalu saya akan hilang, tak berarti apa-apa. Itu saja.