Tuesday, June 03, 2008

Berempati

Anakku sayang,

Ibu ingin menjelaskan satu kata baru untuk kalian. E-M-P-A-T-I. Kata yang agak sulit untuk diucapkan untuk kalian. Memang. Kata ini bahkan lebih sulit lagi bagi orang dewasa untuk dijalankan. Tapi mari ibu ceritakan kenapa ibu ingin kalian memahami kata ini.

Di kehidupan kita sehari-hari, kita biasanya tidak bisa hanya sendirian. Di rumah, contohnya, kita tinggal bersama: ada Aji, ada Ibu, ada kalian bertiga, ada juga pengasuh kalian. Tambahan lagi, kita tinggal bersama-sama tante dan sepupu kalian. Apapun yang kita inginkan, tidak selalu dapat kita lakukan semau kita, pada saat yang kita inginkan.

Satu contoh yang sederhana adalah, Bli Wisnu ingin menonton stasiun TV A, sedangkan Akira mau menonton stasiun TV B. Wah bagaimana ya? Apakah karena itu kalian harus bertengkar? Apakah hanya bli Wisnu saja yang boleh menonton TV? Ataukah hanya Akira, karena Akira lebih kecil usianya? Menurut kalian, bisakah kalian bersama-sama menonton saja? Mana yang lebih enak ditonton? Mungkin di stasiun TV A acara itu akan disiarkan ulang, jadi kalian bisa bersama-sama menonton stasiun TV B untuk sementara.

Contoh yang lain lagi adalah, jika orang lain sedang ingin sendirian, kita perlu menghormati. Kadang-kadang orang dewasa perlu duduk diam, berpikir, menulis atau bertelepon. Atau bahkan sedang di kamar kecil atau mandi. Pada saat itu, jika kalian ingin bertanya atau berbicara, kalian bisa bukan menunggu sesaat. Caranya, panggil orang yang ingin kalian ajak berbicara, tunggulah sebentar. Mudah bukan?

Tapi ada kalanya sulit rasanya untuk berempati. Orang dewasa pun merasakan begitu. Suatu kali kalian mungkin akan merasakan pada saat bersedih, orang lain tidak berada dalam kesedihan kalian. Pada saat kita tidak punya uang, misalkan, ada orang yang membeli barang-barang bagus. Kita tidak perlu marah kepada orang itu, karena orang itu tidak sesulit kita. Jika kita sedang batuk dan tidak boleh minum es krim, tidak perlu marah jika ada orang yang makan es krim di depan kita. Senyum saja, dan katakan " pasti enak ya rasa es krimnya, sayang aku sedang batuk". Lain kali, kita makan es krim dan ada orang yang sedang tidak bisa minum es krim kita bisa berkata " wah maaf ya, aku makan es krim, padahal kau sedang batuk " , dan segeralah habiskan es krimmu.

Keadaan orang berbeda-beda, tidak perlu semua harus sama. Bahkan saudara kembar seringkali punya kebutuhan yang berbeda, meskipun untuk terus bersama-sama kelihatannya menyenangkan. Bisa saja kita sama-sama membutuhkan sepeda, tapi apakah perlu jenis yang sama ? Anak kembar yang ingin buang air kecil pun tidak perlu bersamaan buang air kecil, bukan?

Kalau kalian bertanya, apakah ibu dan Aji sudah pandai berempati, sebenarnya agak sulit menjawabnya. Hal yang pasti adalah, kami selalu berusaha. Jujur saja, kadang kami juga tidak selalu bisa.

Semua perasaan itu biasanya berasal dari kita sendiri. Jika kita bersedih, tidak lain karena kita melihat keadaan sedang tidak menyenangkan. Saat kita kecewa, berdasarkan pengalaman ibu, itu biasanya karena kita tidak mendapat yang kita harapkan. Bisa saja orang lain tidak merasa menjadi penyebab perasaan kita. Bisa jadi karena orang tersebut tidak tahu kalau kita kecewa dibuatnya. Dalam keadaaan lain, nanti kalian akan tahu ada juga orang yang tidak mau tahu perasaan orang lain.

Coba lihat kembali kehidupan kita. Kalian, dilahirkan tiga bersaudara. Untuk bisa tinggal bersama, perlu rasa saling mengerti, saling empati. Tidak perlu merasa terpaksa mengalah karena paling tua atau lebih tua atau karena merasa paling lemah. Tidak perlu juga memaksa yang lainnya untuk mengalah.

Sesungguhnya lebih indah, jika kalian berempati, karena kalian saling menyayangi. Bukan karena terpaksa, bukan karena Ibu dan Aji memintanya. Kalau bisa, bukan karena kalian takut.

O ya, satu hal lagi. Kadang ada orang yang tidak mau bertengkar dengan orang lain. Ada. Ada orang yang memilih untuk menuruti kehendak kita atau terpaksa mengalah. Nah, mana yang lebih baik?

Tentu lebih baik jika kita bertindak sambil memikirkan perasaan dan keadaan orang lain. Bukan karena kita ingin terlihat lebih baik, bukan karena diminta orang lain, bukan juga karena kita takut orang itu marah. Tidak perlu begitu.

Ibu percaya kalian anak-anak yang memiliki rasa kasih sayang. Sayang kepada saudara, sayang kepada orang tua, sayang kepada teman. Jika ada masanya kalian merasa orang lain tak mengerti perasaaan kalian, bicaralah dengan penuh rasa sayang.

" Aku tahu kamu suka mainan ini dan ingin main.
Tapi jika kamu merebutnya, aku sedih.
Bisakah kamu menunggu 5 menit, membiarkan aku bermain, lalu kamu bermain 5 menit?"

" Aku tahu kamu sedih ditinggal mama.
Tapi jika kamu menganggu waktu aku menggambar, aku tidak suka.
Bisakah kamu mengambil kertas, dan menggambar di sebelahku?"

" Aku tahu kamu ingin duduk dipangkuan Aji sewaktu Aji memasukkan mobil ke garasi,
Tapi kalau kamu mendorong aku, supaya bisa lebih dulu, aku bisa jatuh
Maukah kamu bergantian duduk di pangkuan Aji besok?"

Sebenarnya, untuk bisa empati, ada rahasianya lho! Bagaimana? Kita sendiri harus tahu perasaan kita; sedih kah, marah kah, irikah, kecewakah. Lalu, kita cari kenapa kita merasa begitu. Sesudah itu, kita cari apa yang bisa membuat kita lebih tenang.

Nah, kalau ketiga hal itu sudah bisa kuasai , biasanya mudah bagi kita melihat apa yang dirasakan orang lain dan mengapa dia merasa begitu. Untuk tingkatan yang lebih tinggi lagi, kita perlu tahu apa yang bisa membuat orang lain dan kita sama-sama senang .

Saat kalian dewasa dan menjadi bijak, kalian akan tahu untuk membuat orang lain nyaman dan senang itu sulit dilakukan jika kita sendiri tidak merasa nyaman dan senang.

Ibu yakin, kalian bisa saling mengingatkan. Jadi E-M-P-A-T-I hanya membutuhkan rasa paham pada diri sendiri dan kasih sayang kepada orang lain. Jika ada banyak orang yang bisa demikian, pasti menyenangkan!

No comments: