When everybody sang "happy birthday" and clap their hands wholeheartedly , the birthday boy seemed to be overwhelmed by the loud chants. He closed his ears and seemed confused. What's the present, boy for your second birthday? Thomas pajamas and a three-wheeled toy bike. Have fun!!
Wednesday, July 02, 2008
Akira's 3rd bday
June 18, 2008 Akira turned three years old. Just was three years ago I struggled for delivery in Simin Byoin Hospital. Only Sandy, Wisnu and Keisuke were there. Just three years ago I buzzed Devina on YM to ask her to call Sandy who was not home yet from Aikido practice . At that time , 11 p.m Yokohama local time.
The delivery went smooth. The baby was really genki!!! Now that this giant baby blew his candle for his third time in life.
We gave him a bike for it's a tradition gift for any 3rd birthday since Wisnu's. Andhika seemed to enjoy the present and the fun of being given a ride.
But o-o. Three on a bike would be a way too much now!!!
The delivery went smooth. The baby was really genki!!! Now that this giant baby blew his candle for his third time in life.
We gave him a bike for it's a tradition gift for any 3rd birthday since Wisnu's. Andhika seemed to enjoy the present and the fun of being given a ride.
But o-o. Three on a bike would be a way too much now!!!
And Akira had 111.000 rupiahs in his piggy bank for the whole year. Ho-ho. He put 2000 rupiahs everyweek from his ppocket money. Not bad huh for a three year old!
Afternoon Walk in the park
Hidup di Jakarta yang penuh polusi dan rumahnya berdempetan, banyak orang mengeluh " Duh, liburan anak-anak kemana ya? Bosen juga ke mall". Hehe. Emang, urusan ke mall bukannnya membosankan sebenarnya, tetapi lebih pada peluang terkurasnya duit untuk urusan cuma lihat-lihat, pegang n latah beli ini-itu. Belum lagi soal makan dan tanpa terasa ratusan ribu menguap dalam beberapa jam.
Kami masih cukup beruntung, tinggal di selatan Jakarta, yang masih menggunakan air tanah (bukannya anti PAM) selain murah meriah juga tidak berunsur kimia(mudah-mudahan). Tempat kami tinggal juga merupakan kompleks perumahan lama dan tidak terlalu dekat jalan raya, tapi akses trsnportasi mudah (tinggal melambai saja : tukang ojek or angkot pasti menghampiri).
Di dekat rumah, dalam jangkauan berjalan kaki 5 menit atau bersepeda tigapuluh kayuhan ada taman yang cukup memadai untuk berlari-lari, bermain perosotan, bersepeda, atau duduk-duduk mencari pergantian suasana. Penggemar taman ini juga berbagai kalangan dari para manula yang merupakan para pensiunan pegneg penghuni perumahan (yang seringnya senam di subuh hari), para anak-anak yang merupakan para cucunya biasanya, para pembantu RT yang kiranya disuruh menemani anak-anak yang diasuh namun akhirnya mendapatkan wahana bergaul-bertukar no hp-dan kadang ngeceng. (Ck...k... memang efek globalisasi sedahyat itu). Jam terpadat kunjungan adalah sore hari pada saat anak-anak kecil disuapi makan sore sambil si pengasuhnya bergaul. Malam hari biasanya ada juga yang mencari pojok gelap-gelap untuk bermesraan ( cilaka!) tak perduli letak taman itu berdekatan dengan mesjid.
Sementara anak-anak kami belum bersekolah formal (so what gitu loh kalo kita bilang sekolah di rumah) mata pelajaran olahraga adalah bermain di taman , tolong catat : pagi dan sore, setiap hari kecuali hujan. (jadi kalau ada yang meragukan kesempatan bersosialisai anak yang berhomeschool, kami tinggal pasang senyum ajah tanpa perlu pembuktian).
Suatu hari Sabtu, sepulang saya dari dinas luar kota, Wisnu Akira Andhika minta ditemani bermain di taman. Sudah agak terik mataharinya, tapi kesempatan baik untuk berempat saja.
Akira, meskipun sudah punya sepeda sendiri, merasa lebih senang memakai sepeda Wisnu.
Andhika? Lari-lari sampai capek, dan duduk berleha-leha.
Wisnu dan Akira bercengkerama,
Akira, kenapakah?
Kami masih cukup beruntung, tinggal di selatan Jakarta, yang masih menggunakan air tanah (bukannya anti PAM) selain murah meriah juga tidak berunsur kimia(mudah-mudahan). Tempat kami tinggal juga merupakan kompleks perumahan lama dan tidak terlalu dekat jalan raya, tapi akses trsnportasi mudah (tinggal melambai saja : tukang ojek or angkot pasti menghampiri).
Di dekat rumah, dalam jangkauan berjalan kaki 5 menit atau bersepeda tigapuluh kayuhan ada taman yang cukup memadai untuk berlari-lari, bermain perosotan, bersepeda, atau duduk-duduk mencari pergantian suasana. Penggemar taman ini juga berbagai kalangan dari para manula yang merupakan para pensiunan pegneg penghuni perumahan (yang seringnya senam di subuh hari), para anak-anak yang merupakan para cucunya biasanya, para pembantu RT yang kiranya disuruh menemani anak-anak yang diasuh namun akhirnya mendapatkan wahana bergaul-bertukar no hp-dan kadang ngeceng. (Ck...k... memang efek globalisasi sedahyat itu). Jam terpadat kunjungan adalah sore hari pada saat anak-anak kecil disuapi makan sore sambil si pengasuhnya bergaul. Malam hari biasanya ada juga yang mencari pojok gelap-gelap untuk bermesraan ( cilaka!) tak perduli letak taman itu berdekatan dengan mesjid.
Sementara anak-anak kami belum bersekolah formal (so what gitu loh kalo kita bilang sekolah di rumah) mata pelajaran olahraga adalah bermain di taman , tolong catat : pagi dan sore, setiap hari kecuali hujan. (jadi kalau ada yang meragukan kesempatan bersosialisai anak yang berhomeschool, kami tinggal pasang senyum ajah tanpa perlu pembuktian).
Suatu hari Sabtu, sepulang saya dari dinas luar kota, Wisnu Akira Andhika minta ditemani bermain di taman. Sudah agak terik mataharinya, tapi kesempatan baik untuk berempat saja.
Akira, meskipun sudah punya sepeda sendiri, merasa lebih senang memakai sepeda Wisnu.
Andhika? Lari-lari sampai capek, dan duduk berleha-leha.
Wisnu dan Akira bercengkerama,
Akira, kenapakah?
Subscribe to:
Posts (Atom)