Hidup di Jakarta yang penuh polusi dan rumahnya berdempetan, banyak orang mengeluh " Duh, liburan anak-anak kemana ya? Bosen juga ke mall". Hehe. Emang, urusan ke mall bukannnya membosankan sebenarnya, tetapi lebih pada peluang terkurasnya duit untuk urusan cuma lihat-lihat, pegang n latah beli ini-itu. Belum lagi soal makan dan tanpa terasa ratusan ribu menguap dalam beberapa jam.
Kami masih cukup beruntung, tinggal di selatan Jakarta, yang masih menggunakan air tanah (bukannya anti PAM) selain murah meriah juga tidak berunsur kimia(mudah-mudahan). Tempat kami tinggal juga merupakan kompleks perumahan lama dan tidak terlalu dekat jalan raya, tapi akses trsnportasi mudah (tinggal melambai saja : tukang ojek or angkot pasti menghampiri).
Di dekat rumah, dalam jangkauan berjalan kaki 5 menit atau bersepeda tigapuluh kayuhan ada taman yang cukup memadai untuk berlari-lari, bermain perosotan, bersepeda, atau duduk-duduk mencari pergantian suasana. Penggemar taman ini juga berbagai kalangan dari para manula yang merupakan para pensiunan pegneg penghuni perumahan (yang seringnya senam di subuh hari), para anak-anak yang merupakan para cucunya biasanya, para pembantu RT yang kiranya disuruh menemani anak-anak yang diasuh namun akhirnya mendapatkan wahana bergaul-bertukar no hp-dan kadang ngeceng. (Ck...k... memang efek globalisasi sedahyat itu). Jam terpadat kunjungan adalah sore hari pada saat anak-anak kecil disuapi makan sore sambil si pengasuhnya bergaul. Malam hari biasanya ada juga yang mencari pojok gelap-gelap untuk bermesraan ( cilaka!) tak perduli letak taman itu berdekatan dengan mesjid.
Sementara anak-anak kami belum bersekolah formal (so what gitu loh kalo kita bilang sekolah di rumah) mata pelajaran olahraga adalah bermain di taman , tolong catat : pagi dan sore, setiap hari kecuali hujan. (jadi kalau ada yang meragukan kesempatan bersosialisai anak yang berhomeschool, kami tinggal pasang senyum ajah tanpa perlu pembuktian).
Suatu hari Sabtu, sepulang saya dari dinas luar kota, Wisnu Akira Andhika minta ditemani bermain di taman. Sudah agak terik mataharinya, tapi kesempatan baik untuk berempat saja.
Akira, meskipun sudah punya sepeda sendiri, merasa lebih senang memakai sepeda Wisnu.
Andhika? Lari-lari sampai capek, dan duduk berleha-leha.
Wisnu dan Akira bercengkerama,
Akira, kenapakah?
1 comment:
jadi kangen ijo2 di lapangan..
Post a Comment