Saya berhutang budi kepada Budi yang dulu sering saya sebut-sebut namanya pada saat saya belajar membaca (walaupun sebenarnya belajar menghafal kalimat sesuai dengan gambar--biar dikira dah bisa baca, padahal baru bebas buta huruf kelas 3 SD)di bangku SD.
Selain itu saya hutang budi pada celeb ciklit kondang yang meracuni saya memanfaatkan laptop dan sambungan internet gratis di malam-malam saat musim semi dan menanti kelahiran Akira di Yokohama. Saya yang sesumbar mau menulis buku cerita baru bisa mewujudkannya di tahun ke-4.
Tentunya saya paling berhutang budi pada senior penulis drama kondang kampret
yang tak jemu-jemu memberikan semangat dan arahan (padahal saya sudah patah semangat dan salah arah). Tanpanya apa artinya
Dan saudara-saudara sekalian, saya persembahkan 2 buku anak-anak atas nama anak-anak saya dan anak-anak Indonesia yang tak perlu latah menggandrungi serial impor, dan mau membaca tulisan penulis dari negeri sendiri.
Persembahan saya :
No comments:
Post a Comment