Tuesday, March 22, 2011

Legenda Kolam Koi Coret

Sahibul hikayat, setengah abad lebih yang telah lalu, beberapa gelintir ikan berkumpul. Dari sekedar kumpul-kumpul dan bergaul, kemudian kolam itu membantu ikan lain untuk belajar berenang. Loh? Bukankah sama-sama ikan sudah pasti bisa berenang? Kenapa musti belajar dari ikan-ikan ini? oooh, jangan salah, ikan-ikan di kolam ini punya gaya renang kelas dunia. Sampai-sampai ikan lain yang ingin melancong ke kolam lain, disarankan untuk di uji  berenang di kolam ini.

Waktu berlalu, sampai suatu saat kabar itu tersiar di seluruh penjuru dunia ikan. Termahsyurlah kolam itu sebagai kolam yang bisa menguji ikan apa saja yang punya gaya berenang kelas wahid. Yang awalnya niat para ikan koi itu sebagai kegiatan sosial dan nir laba, karena banyaknya ikan yang ingin menuntut ajian renang di kolam ini, mulailah beberapa katak yang tinggal di kolam ini berbisik " Hei, ikan. bagaimana kalau kita pindah ke tempat yang lebih luas? supaya lebih banyak bisa menampung ikan-ikan lain? Kita bisa minta semua ikan-ikan di luar sana untuk tidak sekedar diuji kemahiran renangnya, tapi malah belajar berenang di sini sebelum diuji. Dan mulai sekarang, ikan-ikan itu harus membawa air supaya kolam kita makin dalam dan bisa menampung LEBIH BANYAK ikan!". Aih, aih.

Memang, sebagian besar penghuni kolam itu terdiri dari para ikan yang mahir berenang dan pernah ikut kejuaraan renang antar ikan di kolam lain. Tapi, selain ikan itu, ada beberapa katak yang membantu membukakan katup lubang masuk ke dalam kolam. Katak-katak ini tidak bisa berenang, dan tidak akan pernah bisa berenang.

Di kala semakin banyak ikan yang memadati kolam itu, beberapa katak berbisik "Kita perlu kolam tambahan! makin banyak kolam, makin banyak ikan yang akan datang, berarti akan lebih banyak air untuk kehidupan kita!". Ratu ikan berkata, " kalau begitu, kita harus cari sejumlah ikan untuk bisa jadi pelatih renang. Tapi, dengan syarat, mereka bisa berenang tanpa henti dalam waktu sekian menit".

Disiarkanlah di seluruh penjuru negeri, bahwa kolam ikan yang tersohor ini akan mencari tempat untuk membuat kolam-kolam tambahan. Gegap gempita terdengar dari semua jenis hewan yang ada, bahkan kali ini bukan hanya ikan dan kodok saja yang ingin tinggal di kolam ini, makhluk-makhluk lain varian kodok juga mendaftarkan diri untuk diperbolehkan bergabung.

Celakanya, ternyata semakin sulit untuk mencari ikan koi yang bisa berenang tanpa henti selama sekian menit. Katak yang paling senior mulai berteriak , " Ah, sudahlah,  turunkan saja prasyaratannya jadi lebih rendah. Kolam-kolam diluar sana sudah jadi, tidak bisa menunggu! Kita butuh banyak air, jadi kita perlu lebih banyak jumlah ikan yang akan memberikan kita air. Air...air...sumber kehidupan". Si katak menjilat air liurnya yang menetes dari mulutnya.

Sesungguhnya, katak tak pernah tahu, bahwa ikan pelatih renang terbaik adalah dari jenis Koi. Dan Koi memerlukan makanan dan perhatian khusus, air yang bersih dan disaring dengan filter supaya bisa tumbuh sehat.

Sehingga pada suatu hari katak protes " kenapa kita sama-sama tinggal di kolam ini, tapi para koi itu makanannya berbeda?  Airnya harus diberi garam? Dan berkali-kali harus jalan-jalan ke kolam lain demi untuk terapi vitamin?  Ini tidak adil!". Dan katak-katak yang lainnya mulai meneriakkan kegelisahan mereka, menuntut kualitas makanan dan air yang sama. Dan bahkan, kalau perlu, katak pun diberi teratai supaya bisa mengawasi ikan-ikan koi itu. Kalau perlu, katak juga ikut terapi vitamin dan pergi ke laut.

Suatu kala ratu Koi berteriak bahwa pompa filter semakin melemah dan harus diganti, dan air harus ditambah.  Kalau tidak, para ikan Koi akan kehabisan nafas. Katak tak perduli, dan tak mengerti. Ia malah sekarang ingin sebagian besar air dipindahkan ke tempat katak-katak, supaya katak bisa menari-nari.

Para Koi mulai mega-megap kehabisan oksigen. Beberapa Koi sudah mulai gatal-gatal badannya dan melompat-lompat gelisah karena stress. Beberapa koi merasa kolam itu sudah bukan tempatnya lagi, dan memutuskan untuk lompat mencari kolam lain.Sementara koi-koi yang lain, berusaha bertahan dan berharap lolos dari seleksi alam.

Katak tak perduli. Sekali katak, tetap saja katak. Apalagi beberapa ikan koi bersedia bernyanyi seperti katak, bahkan kalau perlu belajar melompat seperti katak. Mungkin memang begitu, kalau masih mau tinggal di dalam kolam itu.

Dan sementara beberapa katak seakan terhanyut rasa gembira untuk menambah lebih banyak kolam, dan lebih banyak lagi. Padahal sebagian besar kolam yang sudah ada pun tak sesemarak dulu lagi, dan tak mampu memikat ikan-ikan itu untuk datang untuk menimba ilmu renang yang kesohor itu. Kabarnya, kini malah banyak kolam pesaing yang sudah bisa melatih ikan bahkan hewan-hewan yang tak hidup di air untuk belajar berenang. Aih, aih.

Berudu, kecebong, kodok, dan katak kini bersatu. Kolam koi itu, hanya legenda, kata mereka. Yah, mungkin, kini sudah bukan lagi kolam koi namanya, tapi kolam katak. Koi harus belajar membesarkan kerongkongannya supaya bisa bernyanyi. Koi tidak lagi harus khawatir mengkhianati sesama koi, toh koi sekarang bukan koi lagi.

Rintik hujan mulai turun, dan perlahan tapi pasti memenuhi kolam. Katak bernyanyi gembira seakan merasa ini pertanda keberkahan. Dan selain koi, yang lain tak pernah tahu...bahwa air hujan itu asam dan pelan-pelan akan membunuh ikan koi. Kecuali koi-koi itu ........







No comments: