Sunday, November 08, 2009

When I remember...

I am 36. Not that I am not thankful, but I still have to learn to live. Those wise men from all the saints to ordinary men with extraordinary hearts keep reminding me : "We live for a purpose". Whatever the purpose for me remains a mystery, and sometimes- I have to admit- a terror. Nightmare that haunt me more these days.

I made mistakes. Most are caused by what I should not have said. I never seem to learn to keep my mouth shut. It often too obvious when I disagree, when I hate the situation and how dying I have been to make people change their mind, how resistant I have been to give in and feed other people's ego, how convinced I have been that I was going to win all the dog race and certain reputation.

How much I am hurt. Wish I could cry and just let it go away. The truth is I never forget what they said, what they did, what I said and what I did. I am just not good at letting those stuff go. For certain reasons, the wound never stops bleeding, the pain stays.

I deserve to be happy, to live in peace, learn to forgive and to be loved to be able to love. Then I find , there are some wonderful things, extraordinary things come in small packages. Things I should be able to cherish, people I belong to. I need to be awakened late at night when I lie down, the flow of water from the Koi pond offers certain rhythm, the soundless sleep of my three juniors and how Andhika adores my hair, how tight Wisnu holds and kisses my right hand through the night, how Akira hugs my feet close to his face as if he did not care those feet are not shaved yet, miss pedicures for a long time. Gosh. Not to mention my hubby's little but constant and stable love that keeps growing despite my anger, grumbles and mess. How alive and real he is with his heartbeat and all willingness to meet my demand, even though he cant promise but it's fulfilling to know that I am listened to and have some ears to lend and shoulder to rely on. Gosh, it's heaven I'm in.

Thank you God, for such enlightenment.



Thursday, November 05, 2009

Helloween -- bisa menyenangkan

Tanggal 31 Oktober kemarin, kebetulan jatuh di hari Sabtu, dan PPIA mengadakan pesta helloween di kediaman salah satu pengurusnya. Singkat cerita, ibu berniat memberikan pengalaman budaya setelah Setsubun Festival pada saat Wisnu baru berusia 2 tahun, dan Helloween ini kelihatannya cukup cocok. Apalagi tempat diadakannya dekat rumah, di Kalibata.

Persiapan tidak terlalu heboh. Kostum yang dipakai ya adalah dari kolesi yang ada.Sebenarnya sih siapa yang gak kepengen beliin kostum, tapi haiyyaaaa....harganya kemahalan. Lagipula cuman sekali dipakai, untuk3 anak sekaligus. Belum tentu tahun depan akan dipakai lagi. Ya nggak? Yang pertama dilakukan adalah mencari ide : di internet doong (mau dimana lagi? kalo nanya ke nini mah malahan dikomentari " Naha kudu didangdanan jiga jurig? nyingsiuneun wae...". Dapat lah di
sini. Nahhh...dengan bermodalkan face painting pens milik Wisnu, mulailah ibu merias dalam hanya 10 menit.

Yang didandani pertama, adalah Akira, yang kepengen jadi monster Naruto. Mukanya dah dicat kuning dan matanya biru, plus kostum Naruto yang sebenarnya adalah baju tidurnya.Eh, begitu dia dah selesai didandani dan berkaca dia berseru "Ibu, Akira nggak mau kayak gini!!! Akira mau dihapus mukanya pakai tisu basah. Halah. Modelan Akira yang mau keliatan charming mulu.... mana mau jadi muka nyeremin?

Modelan Wisnu yang menurut saja didandani seperti Vampire. Seperti loh. Tinggal pakai kemeja lengan panjang warna putih, celana panjang warna hitam, dan riasan wajah, dan rambut diberi gel, jadilah Vampire klimis. Berhubung gak ada kain hitam, hanya ada kain biru, jadilah jubahnya berwarna biru, wekekekek...
Kalo foto didekat labu macam gini, lumayan nyeremin juga kan? Gak usah pake ngomong "HI..hi...hi".



Lihatlah Akira yang ingin tampil menawan : spiderman hitam yang banyak senyumnya. Euleuh. Matanya terpejam dan senyumnya lebar. Pede abisss... biar idung guede n pesek...

Andhika cuma mau digambar matanya saja seperti batman. Yang penting untuk Andhika adalah bukan menjadi menakutkan, tetapi menjadi jagoan. Hyaaatttt..begitu katanya.
Kami tiba di sana pukul 5, berkumpul sebentar hingga matahari tenggelam, lalu ada pengarahan dari kepala hantu.
Anak-anak dibagi dalam beberapa kelompok , dan masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak dan minimal 1 orang dewasa. Setiap kelompok berjalan bersama untuk mendatangi rumah yang ada Jack O'lantern nya atau lampu dari labu kuning. Mereka berteriak " tick or treat?". Lalu disambut sang tuan rumah dengan permen atau coklat.
Kegembiraan yang luar biasa dari anak-anak saat mendapat permen dan memasukkannya ke dalam kantong. Setelah mengatakan "thank you" mereka pergi untuk mendatangi rumah lainnya. Sebenarnya ada 23 rumah yang harusnya didatangi, tapi baru 8 rumah saja, kantong mereka sudah kepenuhan terisi permen, coklat, biskuit coklat, dll.
Mereka duduk dilantai, berpesta permen. Ternyata, mereka tak kuat juga memakan semua permennya. Huahaha.... ternyata, yang melimpah itu tak selalu enak dinikmati.
Kami pulang pukul 7 dengan hati senang, dan wajah penuh keringat. Paling tidak, cara mudah untuk berlatih bicara " trick or treat" dan "thank you". Iyalah. 8 kali diulang. 8 rumah bow!