Saya mengaku senang mengajar. Hati saya ciut mendengar keluhan si sulung,
" Ibu, buku-buku sekolahnya dikembalikan saja ke bu guru. Wisnu mau berhenti sekolah. Pelajarannya susah".
Saya mengaku perduli dengan dunia pendidikan. Lidah saya kelu mendengar keluhan si tengah.
" Kenapa cuma Bli Wisnu yang sekolah setiap hari? Akira mau dong sekolah"
Saya berjanji sana-sini, pergi kesana-kemari, dengan alasan "demi anak-anak". Kaki saya lemas mendengar si bungsu berkata,
" Andhika mau sama ibu, nggak mau sama mbak."
Suatu malam yang mengantar perasaan gelisah, saya meracau tengah malam menceritakan angan-angan saya. Teman tidur saya hanya mengiyakan. Saya berpanjang-panjang orasi tentang TK dekat rumah yang tak terurus karena kurang dana, keinginan saya mendirikan klub baca, hasrat untuk membuat pelatihan bagi para pembantu yang menyuapi anak-anak di taman dekat rumah sambil bercengkerama mesra cenderung mesum dengan pacarnya tanpa diketahui majikannya. Semua terhenti dengan gumaman teman tidur saya tadi ,
" whatever makes you happy".
Aih aih. Itu rupanya wangsit yang saya dapatkan. seharusnya saya yang sekarang berkata kepada mereka berempat, " if it makes u happy, it shouldnt be that bad for me to do it". Saya niatkan, malam ini juga.
No comments:
Post a Comment