Hari Sabtu pagi, sekitar jam 7, Wisnu beringsut berbaring di sebelah ibu yang masih mengantuk. Tak seperti biasanya, Wisnu cuma mengemut ibu jarinya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Pun waktu Akira menarik-narik tangannya, tawa Wisnu tak terdengar juga. Sambil masih memejamkan mata, ibu usap-usap kepala Wisnu; tapi kok terasa keninngnya agak panas? Apakah karena tangan ibu kedinginan atau Wisnu demam?
Ibu buka mata dan melihat wajah Wisnu yang terlihat layu. Pipinya kelihatan lebih merah dari biasanya, matanya sayu.. Lho? Kenapa 'nak? Demam ya?
Ibu bangkit dari tempat tidur dan meyentuh kening serta leher Wisnu yang memang ternyata terasa panas. Hm...memang pilek dan batuknya belum pulih 100%, ditambah lagi kemarinnya Wisnu tidak tidur siang dan berangkat tidur agak telat pada malam harinya karena terlalu senang atas kunjungan Oom Kei dan Tante Hiroko.
Pagi itu, Wisnu cuma nungging di tempat tidur-- tidak mau minum susu, tidak mau makan, tidak bersuara..aihhh... Mana nih anak ibu dan aji yang biasa ngacak2 rumah ?
Sungguh mengkhawatirkan melihat Wisnu yang biasanya tidak mau diam menjadi anak yang lunglai dan diam seribu bahasa. Sekitar jam 10.30 kami angkutlah Wisnu ke rumah sakit terdekat, Senin Hokken Byoin, yang ditempuh dalam 10 menit jalan kaki. Kebetulan hari sabtu ini dokter Kobayashi, praktek jaga. Saking senewennya sampai ibu lupa mematikan kompor sehingga aji harus balik lagi pulang ke apato untuk mematikan kompor dan menemukan bubur untuk Akira sudah gosong dan pancinya pun hangus. (untung gak kebakaran!!!)
Di atas stroller Wisnu pun tidak bicara. Pipinya merah karena demam. Pandangannya kosong.. aihhh..
Menurut dokter Kobayashi, kalau dilihat dari gejalanya, 80 % kemungkinan Wisnu terkena influenza, tapi belum bisa dilakukan pemeriksaan influenza karena demamnya baru pagi ini sedangkan pemeriksaan tsb biasanya dilakukan 8 jam setelah demam dimulai. Rumah sakit ini cuma buka setengah hari pada hari Sabtu, jadiii...tidak bisa tidak, percaya saja deh sama dokter Kobayashi.
Memang dokter Kobayashi pernah menganjurkan agar Wisnu divaksin influenza pada bulan Desember, tapi karena kemungkinan untuk anak yang beriwayat alergi seperti wisnu vaksin tsb bisa berakibat shock berat dan kalo sampai fatal..bisa "lewat" juga...
Nah, untuk resiko sebesar itu rasanya nyali kami tidak cukup deh untuk coba-coba. Tapi tokh dokter Kobayashi mengatakan sekarang ini sudah ada obat manjur untuk infulenza: Tamiflu.
Nah, tapiiii..ternyata juga obat sehandal Tamiflu ini juga punya efek samping.Pada hari pertama pemberian obat , suhu tubuh penderita akan meningkat sangat drastis tapi turun sesudah beberapa jam. Pada hari kedua, pasien juga akan demam tinggi lagi (tapi tidak setinggi hari pertama) untuk kemudian turun. Barulah hari ketiganya akan normal.
Efek lainnya? Penderita akan mengalami mimpi buruk -sampai mengingau dan berjalan dalam tidur, dannn berdasarkan riset sekian persen anak akan kejang. Duarrr!!! Kumaha yeuh?? Kalo sampai kejang, rumah sakit ini tidak melayani emergency anak. Tapi ternyata kita bisa telpon 911 dan akan datang ambulans menjemput untuk dibawa ke rumah sakit yang bertugas jaga hari itu (Di Yokohama ada pengaturan jadwal untuk setiap rumah sakit secara bergiliran menerima pasien anak untuk keadaan emergency).
Dokter Kobayashi juga menjelaskan jika nanti Wisnu mengingau dalam tidurnya , harus dibangunkan dan diberi minum serta temperatur ruangan harus dijaga jangan sampai terlalu panas karena semakin panas suhu ruangan, semakin memburuk mengingaunya.
Sebenarnya Akira pun harus tidur terpisah kamar dengan Wisnu, jika pisah rumah tidak memungkinkan karena virus ini menular. Ibu dan aji pun sebaiknya menggunakan masker penutup hidung supaya tidak ketularan plus sering-sering berkumur di kerongkongan dengan air hangat untuk upaya pencegahan. Setelah demamnya turun pun selama dua hari Wisnu harus tetap di rumah karena bisa menulari orang lain.
Tetek bengek mengenai influenza ini memakan waktu sekitar lebih dari 15 menit plus karena dokter Kobayashi khawatir bahasa Inggrisnya tidak memadai untuk menjelaskan semua itu, dipanggillah dokter lain yang akan membantu menerjemahkan. (Padahal dokter Kobayashi lumayan lancar dan dapat dimengerti bahasa Inggrisnya). Setelah itupun berkali-kali ibu ditanya apakah mengerti.
Setelah obat ditebus, kami pulang ke rumah dan sedikit 'mencekok' roti dan obat tsb kepada Wisnu. Hasilnya? Wisnu muntah. Tapi sesudah itu dia bisa tidur pulas beberapa jam. Mengigaunya pun tidak parah. Sorenya malah Wisnu sudah mau makan dan minum obat dengan suka rela. Malamnya tidur tanpa mengingau...ahhh...lewatlah krisis itu.
Keesokan harinya pagi-pagi Wisnu bangun, sudah bisa langsung bangkit dari tempat tidur dan berkata " Minum susu. Ini bukan Wisnu, ini robot". (kadang Wisnu tidak mau dipanggil Wisnu tapi "robot"). Nahhh berarti sudah sehat nih!!
Kalau dipikir-pikir, tiba kembali saatnya Wisnu mengacak-acak rumah, menumpah-numpahkan air, rasanya kok legaaa sekali dibanding harus melihatnya terkulai dan tidak berdaya karena sakit. Ya, gak papalah ibu dan aji beres-beres rumah terus 'nu, yang penting kamu sehat!!!