Thursday, March 01, 2007

Cerita tentang Tahta


Alkisah dulu ibu pernah mengambil cuti tanpa bayar dari kantor selama 1,5 tahun untuk mengikuti Aji yang tengah meneruskan pendidikan di negeri matahari terbit. Pada waktu itu, ibu pergi meninggalkan jabatan yang bisa dikatakan incaran banyak orang. Bos ibu saat itu mengatakan bahwa jabatan ibu tetap dikosongkan sampai ibu kembali --dengan harapan ibu hanya akan cuti 6 bulan, bukan 1 tahun seperti keinginan ibu. Malah si bos bersedia merangkap jabatan ibu.

Adalah salah seorang yang kebetulan saat itu pangkatnya satu level di bawah ibu, padahal beliau itu lebih senior dari Ibu dalam artian masa kerjanya sudah dua kali lipat masa kerja ibu. Kelihatannya beliau -- sebut saja X-- tidak happy dengan keputusan si boss, karena X ini diserahi segala tanggung jawab dan pekerjaan ibu.

Dalam kemasygulannya, X curhat ke Y, yang saat itu jabatannya setara dengan ibu. Y ini kelihatannya punya banyak unek-unek tentang boss ibu di masa-masa sebelumnya, sehingga begitu mendengar ada orang seperti X ini yang tengah masygul karena si boss, langsunglah semangat solidaritasnya naik. Koar-koar lah si Y ini kesana-sini , sampai semua orang akhirnya kelihatan mempermasalahkan keputusan boss yang tidak mengangkat pejabat pengganti setelah kepergian ibu. Argumentasi Y ini adalah : "X kan sudah melakukan semua pekerjaan Kenny, contohnya dalam rapat-rapat antar cabang kan yang datang X, jadi ya dia berhak mendapat jabatan itu. Lagian kita kan gak tahu sampai berapa lama Kenny akan pergi."

Weleh..weleh..padahal sebelum pergi, ibu sudah menyarankan Boss untuk mengangkat pejabat pengganti, namun SDM pusat saat itu sepakat dengan Boss untuk tetap mengosongkan jabatan yang ibu tinggalkan, at least sampai ibu kembali dengan alasan : Ibu pergi dengan resmi, melalui prosedur yang dibenarkan, dan Boss bersedia merangkap jabatan ibu sampai ibu kembali. Ternyata keputusan itu kurang berkenan di hati X, tambahan lagi bumbu-bumbu dari Y udah mulai menyebar kesana-sini. Pening juga akhirnya kepala Boss, digempur sana-sini, tambahan gerutuan X. Alhasil? Diangkatlah X menjadi pejabat sementara to make everybody happy.

Waktu berselang, ternyata ada perubahan sturktur organisasi. Jabatan itu dihilangkan dari bagan organisasi , dan orang-orang yang berada dalam jabatan ini kebanyakan mendapat promosi , meskipun ada juga yang demosi. Rejekinya X menempati jabatan tersebut, sehingga naik 1 level lebih tinggi, namun dipindahkan ke cabang lain. Y juga naik 1 level menjadi setara dengan X, menjadi orang nomor dua di cabangnya. Lah ibu ? SekembalinyaIbu ke Jakarta, cukup berbahagia untuk mengabdi di kantor pusat , walaupun tidak ada jabatan struktural (tapii pssst..dekat dengan para pengambil keputusan. Hehehe...)

Y memang tadinya masih punya atasan, namun karena adanya kebutuhan si atasan ini ditarik ke kantor pusat. Tentulah Y ini berharap dia mendapat promosi menggantikan atasannya yang pergi apalagi dimata dunia si atasan ini banyak cacatnya, dari segi manajerial dan attitude.

Sekitar dua hari yang lalu Direksi memanggil kedua orang ini, X dan Y yang tersohor berteman baik. Ternyata, saat itu diputuskan bahwa X mendapatkan promosi dengan kata lain menjadi atasan Y. Komentar direksi adalah " anda berdua kan sudah kenal baik, bisa bekerjasama bukan? Jadi kami memutuskan untuk mengangkat X menjadi atasan Y". Gubrak !

Seorang Y tetaplah manusia yang punya ambisi. Punya keinginan untuk menjadi yang terbaik, or at least merasa dianggap lebih baik dari orang lain dan berhak menduduki jabatan yang lebih tinggi. Teman mendapat promosi pun, dirasakan sebagai sembilu, sehingga Y mempertanyakan kepada direksi " why not me?".

Yahhh..sekarang apa rasanya jadi X? Teman baik yang dirudung cemburu, duka cita dan kecewa. Adakah X akan memperjuangkan kemasygulan hati Y seperti dulu yang dilakukannya? Adakah Y bisa menerima dengan lapang dada dan tetap melakukan tugasnya dengan penuh dedikasi?

Apa juga rasanya jadi X? Mengingat jaman dulu si Y lah yang memperjuangkan keinginannya untuk meraih jabatan dan sekarang Y malah kecewa berat karena kalah saing dengannya. Hal yang tidak mengenakkan adalah bayangan Y cerita kesana-kemari tentang kekecewaannya dengan hebohnya --karena Y punya kecenderungan menghebohkan suasana. Apa yang akan terjadi kalo nantinya bakalan banyak simpatisan buat Y?

Ahhhh......dunia, dunia, dunia................... Kadang apa yang kita lakukan kepada orang lain, dibalas di kemudian hari, gak pake nunggu abis kiamat!

picture taken from etc.usf.edu

2 comments:

Anonymous said...

kan udh ada hukumnya apa yg ditabur itu yang dituai, smoga jadi pelajaran buat si X dan si Y yaa,

Anonymous said...

Well, what goes around, comes around.

(Jadi si X yang temennya Z itu ternyata sohibnya Y yang dihina-hina sama W toh? :D)