Wednesday, November 07, 2007

Rasa kehilangan

Manusia memang aneh, dan jeleknya saya juga manusia, sehingga harus mengakui punya keanehan juga. Paling mudah menunjuk atau mengenali keanehan orang lain, dibanding diri sendiri. Hehe.

Anak saya yang paling besar, akhir-akhir ini setiap pagi selalu menangis. Ada saja yang dia jadikan alasan untuk menangis. Seringnya sih : gak mau mandi, gak mau sikat gigi, gak mau berangkat kursus. Kalau saya biarkan menangis, tangisan makin keras. Kalau sudah terlalu memekakkan telinga dengan sendirinya saya tak kuasa meminta dia berhenti menangis. Meskipun hasilnya adalah dia meraung-raung :" gak mau dimarahin" seolah-olah saya mau memakan anak sendiri. Pada tahap itu, saya membebaskan diri dengan cara menarik nafas panjang tanpaberkata apa-apa lagi, dan menawarkan diri untuk memeluknya.

Ternyata, dunia ini rasanya tidak akan rame kalau tidak ada insiden lain. Baru-baru ini ibu saya menelepon sekonyong-konyong pada saat saya sedang terbelit urusan dengan klien alot atau malam kala mimpi indah membuai. Yang dikatakan ibu saya juga cuma sedikit, cuma repot urusannya karena pakai nada suara merintih atau setengah menangis. Keluhannya berkisar kakinya sakit tidak bisa berjalan, pembantu hariannya tidak datang, dua anaknya (abang saya:red) belum mengirimi uang, mobil Holden milik ayah saya yang sudah tidak jalan itu merintangi dia menyirami tanaman, dst, dst. Saya cuma bisa mendengarkan. Jurus cesplengnya adalah keesokan harinya saya datang berkunjung dan membawakan buah sekedarnya.

Menerima SMS yang tak terduga isinya, rasanya mirip tersambar halilintar. Kadang rambut saya seolah berdiri semua jika tiba-tiba ada "pesan sponsor" dari mertua. Namanya juga mantu, mana bisa saya pilih-pilih waktu menerima sms. Apalagi mertua perempuan saya setelah pensiun kelihatannya punya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal apa saja yang tidak terlintas di benak saya. Hal yang cukup mencengangkan saya adalah di saat saya diburu deadline atau berada di dunia antah berantah (berpikir keras tentang proposal pelik atau menghadapi proyek di kantor) bisa ada saja SMS yang WOW yang bisa membuat kepala saya berdenyut-denyut dan menebak apa maksudnya. Setelah bisa bernafas teratur, baru saya sadar bahwa kami sudah beberapa waktu tidak menelepon sekedar memberi kabar.

Kemarin ini juga saya tiba-tiba kesal, menggerutu tanpa juntrungan kepada suami. Bukan perkara PMS, bukan cemburu, bukan juga soal anak, apalagi pembantu. Tapi jangan salah, ada rentetan peristiwa yang saya permasalahkan. Biasanya tidak menjadi masalah, tapi kali ini saya keberatan. Pokoknya itu semua racun harus keluar saat itu juga. Awalnya, sebagaimana lelaki normal adanya, suami saya yang merasa didakwa dan dipojokkan tiba-tiba, juga mengeluarkan kritikan-kritikan pedas. Sebagai perempuan normal, menangis pula saya ini jadinya. Sesudah itu kami berdua terdiam. Kemarahan saya yang meledak seperti gunung meletus itu mereda hanya dengan rengkuhan penuh rasa maaf dan kesepahaman. Ah, ternyata saya juga uring-uringan karena merasa kehilangan lantaran beberapa hari terakhir suami saya sibuk rapat kerja, dan saya tidak kebagian waktu primanya.

Rasa kehilangan akan kedekatan dengan orang yang kita cintai memang bisa jadi racun di tubuh dan pikiran. Mulanya cuma dirasakan sendiri, lalu menjadi penyakit fisik, dan yang kurang menguntungkan adalah mempengaruhi cara berpikir. Kalau sudah berpikir yang aneh-aneh, bicara jadi kacau. Nah....sebagai orang yang juga dicintai, rasanya wajar mengayomi orang yang kita cintai yang sedang tidak rasional. Kadang bentuknya sesederhana pelukan hangat, percakapan telepon yang akrab dan penuh perhatian, senyum penuh kemafhuman.

1 comment:

Niken said...

aku jg juga ngerasa kehilangan Kenny..ihiks..ga pernah kontak lagi.. Bln Januari insyaallah pulang, ntar aku main ke rmh yaaa..