Asal-usul Jawa-Sunda
Berdasarkan Babad Pakuan yang ditranskripsi dari aksara Sunda-Jawa ke aksara Latin oleh Atja, Saleh Danasasmita, dan Nana Darmana (1977) yang ditulis pada 1862 berdasarkan naskah lebih tua yang ditulis tahun 1816 dan 1817 sewaktu pemerintahan Dalem Sumedang, Pangeran Kornel:
Seorang raja menikahi putri raja Mesir yang bernama Sri Putih. Keduanya kemudian menetap di pulau kosong dengan membawa seribu orang Mesir dan seribu orang Selan. Mereka membawa jawawut (tanaman padi-padian) untuk ditanam dan menjadi bahan makanan. Itu sebabnya pulau kosong tersebut dinamakan Jawa. Kerajaannya disebut Medang Kamulan. Kerajaan ini berpindah-pindah mengikuti pola perladangan jawawut. Kemudian terakhir menetap di Medang Agung Galuh. Terjadilah perpindahan dari pola perladangan ke pola persawahan. Raja Galuh punya dua anak Aria Banga dan Ciung Wanara. Keduanya berebut tahta dan tidak ada yang menang ataupun kalah. Mereka teringat pesan ayahnya yang menjadi pertapa bahwa perang dengan saudara pamali. Akhirnya negara Galuh dibagi menjadi dua dengan pemisahnya Sungai Cipamali (Kali Brebes). Aria Banga menguasai Jawa bagian timur, keturunannya memerintah Jawa (Majapahit). Adiknya Ciung Wanara Jawa bagian barat yang kelak keturunannya memerintah Sunda (Pajajaran).
Tafsir cerita di atas menyiratkan pemahaman masyarakat Sunda bahwa Sunda dan Jawa masih bersaudara.. Selain itu masyarakat pada abad 19 masih mempercayai asal-usul mereka dari orang Timur Tengah dan India (Selan). Mereka berkeyakinan sejak awal sudah Islam meskipun tercampur agama-agama India.
(sumber : Hermeneutika Sunda: Simbol-Simbol Babad Pakuan/Guru GantanganPenulis: Jakob SumardjoPenerbit: Kelir, BandungTahun terbit: Pebruari 2004, Cetakan ke-1)
No comments:
Post a Comment