Friday, August 04, 2006

Attention please!!!



Akira memang anak nomor dua yang tanpa sengaja namun karena keadaan sering dinomorduakan. Sayangnya kami kurang ngeh terhadap masalah pe-nomordua-an ini, karena Akira tidak pernah menunjukkan gelagat protes atau bermasalah.



Tapi memang, setelah timbul masalah, barulah kami sadar bahwa selama ini Akira agak terabaikan (kayak pemerintah Indonesia ajah yah, kalo udah ada masalah baru ngeh...).Bahwasanya, kami selalu meluangkan waktu untuk Wisnu --entah itu memandikan, menyuapi, menemani naik sepeda, mengajak sembahyang bersama, menggantikan baju, mengantarnya ke kamar mandi, dan seringnya membawa serta bepergian. Terlebih lagi semua mainan didominasi oleh Wisnu, lap top semata wayang Aji dikuasai Wisnu untuk bermain game on line. Soal tidur pun, Wisnu harus ditemani.

Kalau Andhika mendapat perhatian lebih dari Akira, semata-mata karena Andika masih diberi ASI dan menangis lebih sering dari Akira. Aihhh..sedihnya jadi seorang Akira yah?

Akira bangun subuh dan biasanya langsung pup sehingga Mbak Anis segera turun tangan menyambut Akira--sementara itu biasanya Ibu sudah sibuk menyiapkan makanan untuk bekal Aji sedangkan Aji sendiri masih tidur. Tidak lama kemudian, Wisnu bangun, Ibu memandikan Wisnu dan menyusui Andhika--- Akira? Main bersama Mbak Anis dan memperhatikan lalu-lalang orang. Pada waktu Akira mau makan, semua orang sudah berangkat ke kantor. Seharian tak bertemu Ibu dan Aji. Sorenya, Ibu pulang dari kantor, Akira biasanya sedang disuapi Mbak Anis sambil nonton DVD-- itu pun kadang Akira tersingkir dari depan komputer karena Wisnu memaksanya. Dan Akira, tidak bisa dan tak pernah protes.Malam pun datang, dan Akira ditidurkan Mbak Anis di kamar sebelah--karena ibu masih harus mandi, sembahyang, makan malam dan menemani Wisnu bermain plus menyusui Andhika. Kalau Akira dipindahkan ke kamar ibu dan Aji pun, dia tidak terbangun.

Itu dia, kebetulan Akira tipenya tidak rewel. Kepalanya terbentur dinding pun dia hanya menggaruk-garuk kepalanya yang (padahal) benjol. Makannya pun banyak. Minum susunya jagoan.

Nah, sampai pada hari Senin minggu lalu, badannya panas. Mulanya hanya sekitar 38 derajat celcius, tapi semakin sore semakin tinggi panasnya. Tengah malam, panasnya meninggi hingga 40,2 sehingga ibu dan Aji melarikannya ke IGD RS Hermina Jatinegara karena menurut mamah Eha, RS tersebut dokter jaganya dokter anak. Menurut dokter Rouli, Akira terkena pharingitis (radang tenggorokan) dan antibiotik akan segera menyembuhkannya. Tapi, katanya kalau dalam 4 hari masih panas badannya, Akira harus dicek darah karena bisa jadi ada kemungkinan terkena demam berdarah.

Tapi apa? Hari Selasa sore, panasnya naik lagi sampai 40 lagi. Huehh...kami bawa lagilah ke IGD sekitar jam 1 malam. Dan kata dokter Gotot, Akira sakit karena belum bisa beradaptasi dengan udara Jakarta yang jauh lebih tinggi tingkat polusinya dibanding Yokohama. Terlebih lagi Akira hanya terimunisasi Polio (1 kali), BCG dan DPT ( 3 kali) sedangkan orang dan udara Jakarta tea....penuh kuman-bakteri-virus! malam itu kami sudah mulai waspada.

Teryata pada hari Rabu, Akira masih panas terus. Padahal Wisnu berulang tahun dan ada sedikit perayaan dengan mengundang tetangga. Dini hari sekitar jam 4, kami larikan lagi Akira ke IGD karena panasnya menukik sampai 40,6. Tidak kejang, menangis sedikit, tapi masih mau duduk tegak dan memperhatikan jalan dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sambil deg-degan kami tes darahnya, dan memang trombosit dan leukositnya lebih rendah dari batas normal walaupun dokter tidak bisa memastikan Akira terkena DBD.Menurut dokter, 12 jam kemudian tes darah harus diulang--karena Demam Berdarah bisa baru ketahuan pada hari ke-3 sampai ke-5.

Segala macam perasaan berkecamuk. Apalagi kami tahu wabah demam berdarah sedang merajalela di Jakarta. Ibu tambah senewen sewaktu sore harinya diberitahu Mbak Anis bahwa panas badannya Akira tetap tinggi. Akhirnya kami bawa Akira ke dokter Handi yang baik hati nan sabar di RSB Duren Tiga. Sebelumya kami cek darah lagi --karena jika memang hasilnya diduga terkena demam berdarah, kami harus melarikannya ke Rs lain yang menyediakan fasilitas rawat inap bayi. Menurut dokter Handi, tampaknya bukan DBD. Apalagi katanya tenaga Akira masih besar dan mampu menendang dokter yang tengah memeriksanya. Yaaa, namanya juga Akira.

Hari Jumatnya, panas Akira turun, tapi mbak Anis melaporkan ibu bahwa sekujur tubuhnya Akira sekarang keluar bintik2 merah. Alahhh..kalo DBD gemana? Kontan saja ibu angkut Akira ke RSB lagi sepulang kantor. Dokter Handi meyakinkan bahwa ini BUKAN demam berdarah, tetapi sejenis virus lain semacam campak, tapi tidak seoarah campak.

Legaaaaa.....dan bonusnya sebuah kesadaran bahwa Akira perlu diperhatikan lebih banyak. Jangan mentang-mentang anaknya gak protes, jadinya terabaikan. Keciannnn....kan???

2 comments:

Mariskova said...

Ken, bintik2nya ada air ato gak? Kalo gak ada, coba cek soal Handfootmouth disease. Dulu Hikari pernah kena. Symptoms sama. Kena dari tk-nya.

Cepet sembuh ya Akira...

Niken said...

Akira senasib sama aku ya..Kadang dicuekin sama ibu ihiks. Cepet sembuh ya, Akira!