Thursday, May 24, 2007
Cerita seorang gadis kecil
Siang ini aku malas bermain. Kata mbak badanku agak hangat. Mommy juga tadi telepon, tapi aku tidak mau bicara. Aku juga tidak mau makan. Ada sup kata mbak, tapi aku mau macaroni cheese. Kalau macaroninya habis, aku tidak mau makan sup, ah. Aku juga tidak mau makan telur. Pokoknya aku tidak mau makan. Aku mau macaroni.
Aku tiduran di sofa. Kakiku kuangkat ke atas. Aku berteriak memanggil mbak. Huh, kemana sih mbak? Kok tidak pulang-pulang? Tadi pagi mbak pergi sama mommy. Daddy sudah pergi waktu aku belum bangun. Katanya hari ini mbak harus temani mommy jadi saksi. Apa sih saksi itu? Aku tidak tahu.
Ah, lebih baik aku pindah ke kamar bayi, tempat adik kecil biasa tidur. Lho, kok gak ada? Hanya ada adik tengah sedang tidur. Kemana adik kecil? Oh, dikamar Aunty barangkali. Coba aku lihat. Aku buka pintu kamar Aunty. Nah... itu dia ! Lagi tidur sama adik kecilnya. Aku memanjat ke atas tempat tidur Aunty yang tinggi. Hup! Aku ciumi kepala adik kecil. Ah, aku sedih karena aku tidak punya adik. Sepupuku punya dua adik: adik tengah dan adik kecil. Tapi kata mommy adik kecil itu adikku juga. Kalau adik tengah itu bukan adikku ah! Dia nakal, suka rebut mainanku.
Siang ini sepi. Sepi sekali. Aku mau tidur di kamar Aunty, sama-sama adik kecil. Aku tidak mau tidur di kamar mommy. Di kamar Aunty ada foto aunty sama uncle. Kalau di kamar mommy hanya ada fotoku. Tidak ada foto Daddy dan Mommy.
Aku berbaring di sebelah adik kecil. Aku sayang sama adik kecil. Dia lucu. Gendut. Aku isap ibu jariku. Hm..enak. Eh, kata mommy kalau aku isap jariku terus, nanti gigiku maju. Tapi, biar ah. Aku tidak bisa tidur kalau tidak ada ibu jariku.
Kalau tidak ada mommy, kan ada mbak. Aku bisa main sama mbak, dibacakan cerita. Kalau tidak ada Daddy bagaimana ya? Katanya nanti Daddy tidak disini lagi. Nanti Daddy pergi. Tapi aku bisa ketemu lagi. Walau Daddy suka nakal dan marah sama aku, tapi aku sedih kalau Daddy pergi.
Mommy dan Daddy memang suka bertengkar. Dulu apalagi. Teriak-teriak, keras sekali. Aku juga suka berkelahi sama sepupuku, tapi nanti baik lagi. Kenapa Daddy harus pergi? Mommy marah sama Daddy? Kenapa? Daddy nakal?
Kalau Daddy pergi, aku nonton Avatar sama siapa? Kalau mau pergi ke mall, yang nyetir mobil siapa? Pak supir kan hanya datang kalau mommy ke kantor. Kalau mommy ke kantor hari Sabtu, aku mau jemput mommy sama siapa?
Eh, adik bangun. Dia tertawa. Tepuk tangan. Lucu sekali. Aku peluk adik kecil. Aku bilang sama Mommy nanti ah aku mau punya adik. Mau adikku, bukan adik sepupuku. Biar aku suapi dan temani mandi, jadi aku tidak sepi lagi.
Picture taken from: here and here
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Ho? So that's it, finally?
he? ini beneran cerita fiksi?
jadi ya? ga bisa diperbaiki lagi?
Post a Comment