Thursday, September 07, 2006

Legowo

Saya memang bukan orang Jawa tulen, cuma 50 %. Itu pun predikatnya ngaku jadi orang Jawa, meskipun tidak bisa bahasanya, buta soal adat-istiadatnya. Tapi jangan salah, saya mengakui keluhuran filsafat Jawa yang sering diceramahkan para teman Jawa ini. Bukan berarti daerah lain tidak punya filsafat tentang hidup, cuma uniknya masyarakat Jawa --menurut saya-- selalu bisa bersikap positif dan mencari ke dalam. Kalo Oom Gde Prama bilang mengarah mencari jalan-jalan yang penuh keindahan. Istilah dalamnya: legowo.

Setelah berapa tahun berlalu, akhirnya kini barulah saya sedikit mengerti. Hidup selalu dipenuhi hal-hal diluar batas pengharapan. Maafkan saya kalau harus mengaku bahwa saya punya banyak sekali pengharapan, namun kadar kesabaran saya masih pasang surut. Masih sulit rasanya membebaskan diri dari kemarahan, sakit hati, merasa diperlakukan tidak adil, dinjak-injak harga diri, dan seterusnya. Lihat saja betapa panjang daftar perasaan saya yang tidak enak. Banyak tuduhan yang tidak saya bantah, tapi bukan berarti saya membenarkannya. Itu hanya upaya saya menuju satu titik : legowo

Tapi sore ini, saat saya berdiri terpekur memandang ke luar jendela kantor.... matahari yang berniat tenggelam menyilaukan mata saya. Saya tentang sinar menyengat itu, betapa pedih mata saya. Kepala saya jadi senut-senut karena cahaya merah. Lalu saya beranjak, hanya selangkah. Ternyata saya masih bisa melihat sinar itu yang tidak lagi menyengat. Karena begitulah matahari yang hampir tenggelam ini....di titik yang berbeda malah saya bisa menikmati kehangatannya di dalam ruangan kantor saya yang sudah mulai sepi dan Ac nya membuat menggigil.

Saya memang pistol tua. Pemicunya masih bekerja dengan baik, tapi pelurunya sudah lama saya gadaikan. I gave things up to God since long long time ago. There were times I prayed but did not dare to ask anything nor complain. God has given me much-- even too much more than I can bear.

Jika hati ini masih saja perih, maafkan saya yang punya airmata hampir satu galon setiap hari. Sepanjang hidup saya ini, hanya diberikan sedikit kesempatan untuk membahagiakan sejumlah kecil. Meski kadang disalah artikan, dituding-tuding, dilabelkan, apa boleh buat.

Saya tidak mau menuntut balas. Enggan untuk mengungkit masa lalu. Terlalu capek untuk berlari. Jika keberadaan saya lebih banyak menimbulkan ketidaknyamanan, berikan saya kesempatan untuk mengutarakan sisi pandang saya; tidak melalu suatu perdebatan, namun pengamatan lebih jauh. Look and listen.

Saat ini, saya hanya butuh kedamaian.

3 comments:

IrA said...

Mbak Ken..makasih yah buat ucapannya..trs sapa nih yg lagi ngusik kedamaian keluarga sanjaya??..sabr aja yah mbak..percayakan org sabar disayang Tuhan..

Anonymous said...

tulisannya padat ya, sampe bingung komen...sigh..sabar subur ya, Ken.

Anonymous said...

Hei.... Just take it easy.... Not many of us can have the lucky opportunity to have a sound mind.