X
I played tough, sometimes --correction-- many times. Correction :Lately. I have to meet my boss' expectation and I also need to prove that I can bear the consequences of being a member in my division. I just don't want to refuse or avoid assignment. But what?
Some people may wonder what this mother of three sons is doing-- travelling out of town for days , leaving the kids with the nannies while her husband has been crammed in his work and had to spend the nights in the hotel for the sake of bills of tax under the name of Tax Reformation.
Some other people sneered at me and gave a cold shoulder by saying " You do travel a lot, don't you?" . Meaning? They probably wished they were in my shoes. They thought I was after the money. Phew! Had they known.
Today is my third night in Pekanbaru. Tomorrow, early in the morning I 'll be leaving for Duri, a three hour drive from Pekan baru, to see our extension office there. I should take a plenty of rest after three-day observation and presentation. It's just that I'm not too exhausted, but overwhelmed by the idea of feeling alone. Got back to the hotel, find my self alone. Don't feel like taking a shower nor watch TV. Feeling a bit hungry but lose my appetite. As the matter of fact I can indulge myself with the tube or reading or even taking a hot shower without the terror of my sons knocking at the door. But , tell you what, life is just funny without those chaos that I have got used to.
Then I picked up the phone, finding out that the father of my kids is not home yet. It's 8 o'clock, wisnu is not in bed yet. Got a chance to talk to him. Got chocked with is very right question.
" ibu, how come you did not take me along with you?"
...second heart-rendering question ....
" can I come and pick you up? "
...next ones that really stabbed me on my chest....
" How do I get there? bus? train? ojek? plane? Tell me. I wanna be with you tonight, not tomorrow".
Guess what I said. Changing the topic , of course. Otherwise, he would hear or at least sense my loneliness.
Then I hurried the conversation , telling him that he's got to go to bed now. I sms my husband, and got another smart question. " Do you want me to call you at the hotel now?". Oh dear. Who wouldn't? But me, putting my chin up , replying ...."I'm out to get my dinner. brb at the hotel at 9".
I did not go back straight to the hotel . I stopped at the warnet to pour this out. Sniff. I feel better now, I guess. Please don't tell me a mother should just stay at home with kids. Not now, will you?
picture taken from images.amazon.com
Wednesday, November 29, 2006
Saturday, November 25, 2006
Sweet surender
Sementara aji training di Korea selama 1 minggu, ibu tengah berjuang....mengumpulkan keberanian untuk pergi ke Obsygn . Appointment dengan dr. Fach yang sabar-baik hati-dan tidak mahal itu tetap aja bukan something to look forward to. Kenapa? Itu lhooo..ngebayangin duduk di "kursi kerajaan" dengan posisi ala ayam bakakak or ayam kodok sungguh bukan kejadian yang menyenangkan. Mau si dokter berusaha ngajak ngobrol kek, atawa becanda...alahhhh...beneran gak nyenengin deh.
Jadi inget cerita lucu dulu ke obsgyn pertama kalinya di Yokohama. Ketika masuk ke ruang dokter yang kecil mungil yang hanya cukup untuk satu meja dokter dengan komputernya dan dua kursi yang berjejer bersebelahan (karena dokter dan pasien duduknya sebelahan, bukan berhadapan macam di kita), mah tidak apa-apa. Tapi begitu masuk ke ruang satunya....ada kursi macam di dokter gigi, tapi lhooo kok ada tirai yang menggantung ditengah kursi? Lebih takjub lagi ternyata tuh kursi begitu diduduki dengan posisi berbaring biasa, terus bergerak sendiri (karena dipencet tombolnya ma si suster) sehingga kita tiba-tiba dalam posisi siap periksa dalam (baca: posisi ayam kodok). Dan ibu mah kebingungan, kenapa dokternya diem aja. Jadi aja, ibu buka tirainya sambil ngomong "helooo..excuse me, is the baby alright?" yang mengakibatkan si dokter terperangah dan mundur beberapa langkah karena tak menyangka tirai tiba-tiba terkuak dan muka ibu menyeruak. Untung tuh dokter ga jatoh yak! Sambil tergagap-gagap karena bahasa inggrisnya pun susah, dia bilang " e tooo..ok des".
nah,kembali ke ruang dokter Fach...ngapain ibu kesono? Ini dia, implant si T junction! jujur aja, ini pertama kali ibu ikut program KB. Selama ini mah hayuuuu..genjot terus eh salah ya ..selama ini mah pake sistem kalender. Berhubung kalendernya pun kalender playboy (jadinya tiap liat kalender malah makin giat berproduksi), jadinya ajah ada si Wisnu, Akira dan Andhika.
Setelah mikir-mikir...kayaknya it's high time deh, pake sedikit pengaman. Biar lebih nyaman. Hehe....jangan ngeres yah. Maksudnya, kami berterimakasih dipercayakan Tuhan untuk merawat 3 jagoan, tapi ya kalo boleh nawar....mah cukup tiga getooo.
Nah setelah pemasangan IUD itu.......haaalahhh badan ibu sakit-sakit sampai ndak bisa tidur, selama beberapa hari bleeding pake acara mules dan pegel pinggang-panggul-perut bak pertama kali menstruasi. Hampir aja ibu nyerah minta dilepasin aja gitu. Tapi setelah masuk hari ke-4, kelihatannya si T ini sudah diterima dengan baik oleh para personil alat reproduksi. Tinggal test drive aja . Hehe..... nunggu aji pulang dooong
Sewaktu merasa sakit itu, ibu sempat terpikir untuk meminta aji aja yang dijadikan peserta kontrasepsi. Emang kudu perempuan terus? Gantian napah? Tapi...ya sudahlah, 5 tahun ke depan mah ibu duluan deh partisipasi. Setelah itu, gantian ya ji?
Jadi inget cerita lucu dulu ke obsgyn pertama kalinya di Yokohama. Ketika masuk ke ruang dokter yang kecil mungil yang hanya cukup untuk satu meja dokter dengan komputernya dan dua kursi yang berjejer bersebelahan (karena dokter dan pasien duduknya sebelahan, bukan berhadapan macam di kita), mah tidak apa-apa. Tapi begitu masuk ke ruang satunya....ada kursi macam di dokter gigi, tapi lhooo kok ada tirai yang menggantung ditengah kursi? Lebih takjub lagi ternyata tuh kursi begitu diduduki dengan posisi berbaring biasa, terus bergerak sendiri (karena dipencet tombolnya ma si suster) sehingga kita tiba-tiba dalam posisi siap periksa dalam (baca: posisi ayam kodok). Dan ibu mah kebingungan, kenapa dokternya diem aja. Jadi aja, ibu buka tirainya sambil ngomong "helooo..excuse me, is the baby alright?" yang mengakibatkan si dokter terperangah dan mundur beberapa langkah karena tak menyangka tirai tiba-tiba terkuak dan muka ibu menyeruak. Untung tuh dokter ga jatoh yak! Sambil tergagap-gagap karena bahasa inggrisnya pun susah, dia bilang " e tooo..ok des".
nah,kembali ke ruang dokter Fach...ngapain ibu kesono? Ini dia, implant si T junction! jujur aja, ini pertama kali ibu ikut program KB. Selama ini mah hayuuuu..genjot terus eh salah ya ..selama ini mah pake sistem kalender. Berhubung kalendernya pun kalender playboy (jadinya tiap liat kalender malah makin giat berproduksi), jadinya ajah ada si Wisnu, Akira dan Andhika.
Setelah mikir-mikir...kayaknya it's high time deh, pake sedikit pengaman. Biar lebih nyaman. Hehe....jangan ngeres yah. Maksudnya, kami berterimakasih dipercayakan Tuhan untuk merawat 3 jagoan, tapi ya kalo boleh nawar....mah cukup tiga getooo.
Nah setelah pemasangan IUD itu.......haaalahhh badan ibu sakit-sakit sampai ndak bisa tidur, selama beberapa hari bleeding pake acara mules dan pegel pinggang-panggul-perut bak pertama kali menstruasi. Hampir aja ibu nyerah minta dilepasin aja gitu. Tapi setelah masuk hari ke-4, kelihatannya si T ini sudah diterima dengan baik oleh para personil alat reproduksi. Tinggal test drive aja . Hehe..... nunggu aji pulang dooong
Sewaktu merasa sakit itu, ibu sempat terpikir untuk meminta aji aja yang dijadikan peserta kontrasepsi. Emang kudu perempuan terus? Gantian napah? Tapi...ya sudahlah, 5 tahun ke depan mah ibu duluan deh partisipasi. Setelah itu, gantian ya ji?
Friday, November 17, 2006
Travelling schooling
Wisnu di usianya yang 3 tahun memang belum disekolahkan, walau banyak sudah anak seusianya atau bahkan lebih muda, sudah sibuuuk sekolah senin sampai jumat plus les berenang, melukis, menyanyi, membaca, sempoa, taekwondo. You name it lah! Sampai-sampai ada seorang staff Direktorat Pendidikan TK dan SD DitjenDikdasmen mengistilahkan kelompok anak demikian dengan nama "anak karbitan" yang dikhawatirkan akan tumbuh menjadi orang dewasa yang kekanak-kanakan.
Kami menunda niat menyekolahkan Wisnu bukan karena tidak percaya sama institusi pendidikan usia dini, tetapi lebih pada unsur duit. MAHAL BO! Pendaftaran kudu bayar, plus uang tahunan yang beberapa juta (yang buat kami cukup significant untuk ditabung) plus bulanan plus ekskul dan lain-lain.Belon ntar ada acara ultah dengan sekolah yang kudu dirayain di restaurant plus memberi goody bag yang alamat bikin jebol kantong . Apakah itu menjadikan Ibu dan Aji ortu yang mengorbankan masa depan anak? Masa depan yang gemana sih?
Kalo di negara sono anak umur 2 tahun pun sudah masuk nursery; yang katanya biar bikin anak bergaul. Ah, itu kan gembar-gembornya yang punya sekolah. Kalo mau jujur mah, rata-rata anak di negara maju terpaksa disekolahkan karena ortunya bekerja, sehingga dititipinlah di day care center secara menyewa baby sitter mah mereka gak mampu sedangkan mo minta tolong si nenek-kakek gak bakalan dilayani (lah orang umur 17 tahun ajah dah keluar dari rumah dan kudu independent, masak udah punya anak malah minta tolong si kakek-nenek?)
Lagipula karena mereka tinggal di apartemen, mana bisa bergaul dengan anak lain di sekitarnya? Maka dari itu mereka lebih baik bersekolah, sehingga bisa ketemu anak lain. Kalo ngedekem di rumah, berbahaya karena gak ada yang jagain dan juga gak ketemu sapa-sapa.
Sebenarnya untungnya kami tinggal di Jakarta, masih bisa membayar baby sitter sesuai kocek kami sementara kami bekerja plus kadang minta bantuan mertua atau ortu mengcross check pengasuhan anak-anak kami. Tapi bukan berarti kami lepas tangan terhadap anak-anak loh...jangan salah; meskipun kalo jalan-jalan di Mall yang menggendong anak-anak kami dan mendorong stroller adalah para baby sitters, kan bukan berarti kami tak sudi menggendong (abis anak kami tiga, jadi kudu minta bantuan orang lain lah). Perlu bukti lain? Kalo malam, kami rela berdesak-desakan tidur berlima di atas tempat tidur yang berukuran 140 x 200 cm itu. Aji pun fasih memandikan, menceboki, mengganti baju anak-anak. Kalo ibu di rumah sihhh..para mbak gak laku deh; alias semua berebut pengen dekat ibu, mandi sama ibu, disuapin ibu.
Kelihatannya Wisnu tidak apa-apa bermain di rumah, meski harus diakui kalo aji dan ibu pergi ke kantor dia meminta ikut mengantarkan. Tentu saja, kami perbolehkan mengantar sampai perempatan. Kadang ia mau naik sepeda roda empatnya, kadang maunya duduk di atas stroller.
Pernah sih terbersit dalam benak kami, ngapain ya kegiatan Wisnu di rumah? Kita kasih tahu jenis-jenis stimulasi untuk anak seusia Wisnu kepada para pengasuh di rumah, tapi ujung-ujungnya ibu baca buku the Toddler's Whisperer yang bilang ; "biarkan anak bermain dengan caranya". Iya juga ya? Kalo Wisnu akhirnya menunjukkan originality of his ideas tentang bermain. Contohnya: mengamati mobil-mobilan atau kereta-keretaannya, mencampur air/teh dengan tissue dan lainnya, mengecat mainannya instead of kertas. Biar aja tokh?
Kali lain, ibu bawa Wisnu naik kereta Jabotabek, bajaj, atau jalan kaki. Tujuan kepergian kami juga tidak usah yang fancy-fancy lah, ke pasar Jatinegara untuk membeli keperluan Andika, ke taman, ke bank, ke supermarket. Aji juga sering mengajak Wisnu berjalan kaki ; membeli keran, ke Alfa mart.
Bulan September lalu ibu dikirim kantor untuk memberi pelatihan kepada para guru di Bali. Kebetulan bisa dapat tiket Adam's Air yang harganya separonya jatah tiket ibu, jadi Wisnu bisa ikut. Walaupun di Bali, asli yang mengurusi makan-mandi-pup dan mengajak Wisnu bermain kakiang dan niang, sementara ibu sibuk seharian di kantor, kelihatannya Wisnu happy. Bisa jalan kaki, naik angkot, atau jalan-jalan naik mobil bersama kakiang.
Bulan November ini, ibu ditugaskan ke Purwokerto. Kali ini perjalanan tidak bisa ditempuh dengan pesawat karena tidak ada lapangan udara di Purwokerto, sehingga hanya ada kereta. Kesempatan bukan untuk naik kereta bagi Wisnu? Maka ikutlah dia. Siapa yang mau mengurusi disana? Yahhh..ajak aja si aki, karena untuk manula (usia di atas 60 tahun) harga tiket diberikan potongan 20 % ! Lumayannn.... Aki juga senang bisa rekreasi dan mengajak Wisnu melihat sawah, kerbau, bebek dan keliling kota Purwokerto naik becak. Wisnu senang? Lahhh..dia menyanyi tak henti-henti di atas becak! Apalagi Wisnu bisa berenang di hotel atau berendam di bath tub kamar hotel, makan coklat sepuasnya (karena diperbolehkan Aki sementara ibu di kantor), main hujan dengan menggunakan jas hujan dan sepatu bootnya.
Bulan depan kami berencana ke Bali beramai-ramai karena dapat tiket murah dari Air Asia; 256 ribu pp! Yahhh...jadi bukan home schooling kan 'nu? Travelling schooling!!!
Kami menunda niat menyekolahkan Wisnu bukan karena tidak percaya sama institusi pendidikan usia dini, tetapi lebih pada unsur duit. MAHAL BO! Pendaftaran kudu bayar, plus uang tahunan yang beberapa juta (yang buat kami cukup significant untuk ditabung) plus bulanan plus ekskul dan lain-lain.Belon ntar ada acara ultah dengan sekolah yang kudu dirayain di restaurant plus memberi goody bag yang alamat bikin jebol kantong . Apakah itu menjadikan Ibu dan Aji ortu yang mengorbankan masa depan anak? Masa depan yang gemana sih?
Kalo di negara sono anak umur 2 tahun pun sudah masuk nursery; yang katanya biar bikin anak bergaul. Ah, itu kan gembar-gembornya yang punya sekolah. Kalo mau jujur mah, rata-rata anak di negara maju terpaksa disekolahkan karena ortunya bekerja, sehingga dititipinlah di day care center secara menyewa baby sitter mah mereka gak mampu sedangkan mo minta tolong si nenek-kakek gak bakalan dilayani (lah orang umur 17 tahun ajah dah keluar dari rumah dan kudu independent, masak udah punya anak malah minta tolong si kakek-nenek?)
Lagipula karena mereka tinggal di apartemen, mana bisa bergaul dengan anak lain di sekitarnya? Maka dari itu mereka lebih baik bersekolah, sehingga bisa ketemu anak lain. Kalo ngedekem di rumah, berbahaya karena gak ada yang jagain dan juga gak ketemu sapa-sapa.
Sebenarnya untungnya kami tinggal di Jakarta, masih bisa membayar baby sitter sesuai kocek kami sementara kami bekerja plus kadang minta bantuan mertua atau ortu mengcross check pengasuhan anak-anak kami. Tapi bukan berarti kami lepas tangan terhadap anak-anak loh...jangan salah; meskipun kalo jalan-jalan di Mall yang menggendong anak-anak kami dan mendorong stroller adalah para baby sitters, kan bukan berarti kami tak sudi menggendong (abis anak kami tiga, jadi kudu minta bantuan orang lain lah). Perlu bukti lain? Kalo malam, kami rela berdesak-desakan tidur berlima di atas tempat tidur yang berukuran 140 x 200 cm itu. Aji pun fasih memandikan, menceboki, mengganti baju anak-anak. Kalo ibu di rumah sihhh..para mbak gak laku deh; alias semua berebut pengen dekat ibu, mandi sama ibu, disuapin ibu.
Kelihatannya Wisnu tidak apa-apa bermain di rumah, meski harus diakui kalo aji dan ibu pergi ke kantor dia meminta ikut mengantarkan. Tentu saja, kami perbolehkan mengantar sampai perempatan. Kadang ia mau naik sepeda roda empatnya, kadang maunya duduk di atas stroller.
Pernah sih terbersit dalam benak kami, ngapain ya kegiatan Wisnu di rumah? Kita kasih tahu jenis-jenis stimulasi untuk anak seusia Wisnu kepada para pengasuh di rumah, tapi ujung-ujungnya ibu baca buku the Toddler's Whisperer yang bilang ; "biarkan anak bermain dengan caranya". Iya juga ya? Kalo Wisnu akhirnya menunjukkan originality of his ideas tentang bermain. Contohnya: mengamati mobil-mobilan atau kereta-keretaannya, mencampur air/teh dengan tissue dan lainnya, mengecat mainannya instead of kertas. Biar aja tokh?
Kali lain, ibu bawa Wisnu naik kereta Jabotabek, bajaj, atau jalan kaki. Tujuan kepergian kami juga tidak usah yang fancy-fancy lah, ke pasar Jatinegara untuk membeli keperluan Andika, ke taman, ke bank, ke supermarket. Aji juga sering mengajak Wisnu berjalan kaki ; membeli keran, ke Alfa mart.
Bulan September lalu ibu dikirim kantor untuk memberi pelatihan kepada para guru di Bali. Kebetulan bisa dapat tiket Adam's Air yang harganya separonya jatah tiket ibu, jadi Wisnu bisa ikut. Walaupun di Bali, asli yang mengurusi makan-mandi-pup dan mengajak Wisnu bermain kakiang dan niang, sementara ibu sibuk seharian di kantor, kelihatannya Wisnu happy. Bisa jalan kaki, naik angkot, atau jalan-jalan naik mobil bersama kakiang.
Bulan November ini, ibu ditugaskan ke Purwokerto. Kali ini perjalanan tidak bisa ditempuh dengan pesawat karena tidak ada lapangan udara di Purwokerto, sehingga hanya ada kereta. Kesempatan bukan untuk naik kereta bagi Wisnu? Maka ikutlah dia. Siapa yang mau mengurusi disana? Yahhh..ajak aja si aki, karena untuk manula (usia di atas 60 tahun) harga tiket diberikan potongan 20 % ! Lumayannn.... Aki juga senang bisa rekreasi dan mengajak Wisnu melihat sawah, kerbau, bebek dan keliling kota Purwokerto naik becak. Wisnu senang? Lahhh..dia menyanyi tak henti-henti di atas becak! Apalagi Wisnu bisa berenang di hotel atau berendam di bath tub kamar hotel, makan coklat sepuasnya (karena diperbolehkan Aki sementara ibu di kantor), main hujan dengan menggunakan jas hujan dan sepatu bootnya.
Bulan depan kami berencana ke Bali beramai-ramai karena dapat tiket murah dari Air Asia; 256 ribu pp! Yahhh...jadi bukan home schooling kan 'nu? Travelling schooling!!!
Tuesday, November 14, 2006
Long distant Mom
Hidup katanya kudu memilih...cailahhhh...hari geneeee kayaknya kalo terlalu pilih-pilih mendingan mendirikan PT PITYPILI ajahhh.
Kembali bekerja penuh waktu akhirnya menjadi pilihan bagi Ibu. Bukan tak sayang anak, bukan hanya karena butuh duit, bukan juga cuma untuk penyegaran jiwa, tapi kayaknya hari giniiiiiiii...masih kudu gawe deeeh demi kemaslahatan keluarga!
Kerjaan ibu cukup unik dan menantang: memberi bimbingan akademis kepada para guru seantero Indonesia; istilah menterengnya mah mensupervisi getooo. Kalo kerja rutin mah enak 8 to 4, berangkat jam 8 pulang jam 4. Tapi ada kalanya kayak gini nih, kudu kelilingan ke 26 outlet di 20 provinsi. Ninggalin anak, suami (hiks) demi masa depan perusahaan dan sekebit duait SPJ (hehehhh).
Kalo masih bisa bawa anak, ya rejekinya Wisnu karena bis ikutan tur:sejauh ini dia ikut ke Bali dan Purwokerto. Andhika dan Akira gemana? Yeeee..pan ada babenya bukan? Apakah emaknya pergi lantas babenya gak fungsi? Gak ada tuhhh aturannya!
Sementara ada di luar kota, sekarang...ibu termimpi-mimpi bisa ngajak Andhika dan Akira (dan tentunya AJi juga) ke Batu raden..mandi hot spring, foto2, ketawa-ketiwi..... tapi sementara ini yahhhh ngelamun aja duluuuuuuuuu!!!
Kembali bekerja penuh waktu akhirnya menjadi pilihan bagi Ibu. Bukan tak sayang anak, bukan hanya karena butuh duit, bukan juga cuma untuk penyegaran jiwa, tapi kayaknya hari giniiiiiiii...masih kudu gawe deeeh demi kemaslahatan keluarga!
Kerjaan ibu cukup unik dan menantang: memberi bimbingan akademis kepada para guru seantero Indonesia; istilah menterengnya mah mensupervisi getooo. Kalo kerja rutin mah enak 8 to 4, berangkat jam 8 pulang jam 4. Tapi ada kalanya kayak gini nih, kudu kelilingan ke 26 outlet di 20 provinsi. Ninggalin anak, suami (hiks) demi masa depan perusahaan dan sekebit duait SPJ (hehehhh).
Kalo masih bisa bawa anak, ya rejekinya Wisnu karena bis ikutan tur:sejauh ini dia ikut ke Bali dan Purwokerto. Andhika dan Akira gemana? Yeeee..pan ada babenya bukan? Apakah emaknya pergi lantas babenya gak fungsi? Gak ada tuhhh aturannya!
Sementara ada di luar kota, sekarang...ibu termimpi-mimpi bisa ngajak Andhika dan Akira (dan tentunya AJi juga) ke Batu raden..mandi hot spring, foto2, ketawa-ketiwi..... tapi sementara ini yahhhh ngelamun aja duluuuuuuuuu!!!
Wednesday, November 01, 2006
Sedikit cerita tentang Andhika
Anak kami yang ketiga, Andika dapat hibahan baju yang menggunung dari jaman Wisnu bayi plus tambahan dari baju Akira. Tapi, pada akhirnya, tidak semuanya dipakai--karena Andhika sudah dapat baju tambahan dari para handai taulan pada waktu dia lahir. Lagipula, baju tiga turunan udah rada-rada belel gitu deh, kesian ah kalo kudu pake yang super belel.
Tapi coba lihat, dalam usianya yang empat bulan, inilah beberapa gaya Andhika dalam berbagai kostum.
ini baju warisan dari Akira, hadiah yang diberikan Oom Kei di Yokohama pada waktu Akira baru lahir. Katanya sih ini dijahit dengan tangan oleh mamanya Oom Kei. Kayak perempuan yah?
Tapi menurut beberapa Jepang ini emang baju buat laki-laki; bukan karena modelnya, tapi warnanya biru. Kalo perempuan biasanya warnanya merah.
Kalo yang ini dari Tante Niken yang kayaknya sih semula diperuntukkan untuk Akira, tapi berhubung cukup ya udahlah pinjem-pinjeman ajah ya?
Yang lainnya mah emang sisa warisan bli Wisnu. Masih layak pakai kok!
Tapi kayaknya berat badan Andhika melesat pesat, gawat nih urusannya kalo badannya jadi seukuran Akira! Kenapa? Sekarang aja beberapa baju Wisnu sudah dipakai Akira karena ukurannya sama. Kalau sampai Andhika berukuran sama dengan kedua kakanya....alamat berantem rebutan baju! Eh...apa jadi gampang ya, ngeberesin bajunya--gak usah dipisah-pisah gitu? Gabrukin aja satu lemari sekalian, tinggal siapa ambil duluan yang berhak pake...Ah, kayaknya bakalan tambah berantem dah!
Tapi coba lihat, dalam usianya yang empat bulan, inilah beberapa gaya Andhika dalam berbagai kostum.
ini baju warisan dari Akira, hadiah yang diberikan Oom Kei di Yokohama pada waktu Akira baru lahir. Katanya sih ini dijahit dengan tangan oleh mamanya Oom Kei. Kayak perempuan yah?
Tapi menurut beberapa Jepang ini emang baju buat laki-laki; bukan karena modelnya, tapi warnanya biru. Kalo perempuan biasanya warnanya merah.
Kalo yang ini dari Tante Niken yang kayaknya sih semula diperuntukkan untuk Akira, tapi berhubung cukup ya udahlah pinjem-pinjeman ajah ya?
Yang lainnya mah emang sisa warisan bli Wisnu. Masih layak pakai kok!
Tapi kayaknya berat badan Andhika melesat pesat, gawat nih urusannya kalo badannya jadi seukuran Akira! Kenapa? Sekarang aja beberapa baju Wisnu sudah dipakai Akira karena ukurannya sama. Kalau sampai Andhika berukuran sama dengan kedua kakanya....alamat berantem rebutan baju! Eh...apa jadi gampang ya, ngeberesin bajunya--gak usah dipisah-pisah gitu? Gabrukin aja satu lemari sekalian, tinggal siapa ambil duluan yang berhak pake...Ah, kayaknya bakalan tambah berantem dah!
Subscribe to:
Posts (Atom)