Monday, June 05, 2006

Kata siapa : I don't do math



Bermula dari seorang teman yang sedang mencari kursus matematik untuk putrinya yang duduk di bangku SD, kami jadi penasaran juga cari-cari info mengenai kursus matematika yang ada di Jakarta.Katakanlah kursus Sempoa, Mental Aritmatika, Kumon atau yang lainnya : apa bedanya? Apa bagusnya? Perlukah anak SD kursus Matematika? Kenapa tidak kursus menari, menyanyi, berenang? Eit....kenapa tidak?

Terus terang, kata "matematika' masih merupakan momok bagi kami. Kata ini langsung diasosiasikan dengan kata-kata seperti : sulit, rumit, *garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal*, IQ pas-pasan, dll. Apalagi membaca iklan yang berbunyi "Creative Math untuk umur 3-7 tahun". Hueh.... masak bocah piyik dicekokin matematika siiih?

Bukan bermaksud untuk promosi, tapi di Kompas hari Rabu memang ada iklan tentang suatu lembaga kursus matematika yang menawarkan hak franchise. Nah. Menarik juga niiih...disaat kami berfikir untuk cari lapangan usaha dan diantara rasa keingintahuan untuk mencari tahu kursus matematika seperti apa yang sekarang ada, datanglah kami ke presentasi sekaligus demo yang cukup menarik.

Mungkin beberapa hal yang dapat kami simpulkan :

1. Matematika itu bukan cuma berhitung, tetapi mengamati, membedakan (mengklasifikasi), menganalisa dan memecahkan masalah. Maka dari itu, maaf saja jika seorang anak dilatih menggunakan sempoa sehingga bisa menghitung melebihi kecepatan bayangannya (eh emangnya Lucky Luck ya?) eh maksudnya melebihi kecepatan kalkulator, bukan berarti dia pasti jago matematika. Pada saat belajar matematika, anak menggunakan kemampuan 70% thinking skills, 20 % proses, dan 10 % berhitung.

2. Belajar matematika, seperti belajar ilmu lainnya bisa dilakukan dengan menggabungkan 4 gaya pembelajaran melalui melihat, mendengar, merasakan dan melakukan. Khususnya untuk anak-anak belajar matematika dengan menggunakan alat peraga akan memungkinkan mereka menangkap "konsep matematika" dengan cara yang menyenangkan.

3. Ada 3 macam model belajar matematika
Pertama , cara tradisional (satu penjelasan)
Contoh : 1 +1 =......

Kedua, cara kebalikan (memaksakan satu solusi untuk satu masalah)
Contoh : 1 + .... = 2
2-1=1

Ketiga, cara kreatif (mendorong anak mencari banyak solusi untuk satu masalah)
Contoh : .....+ ...... = 2

4. Matematika itu ibu dari semua ilmu. (bukan bapaknya yah ternyata!). Segala sesuatu di sekeliling kita adalah peristiwa matematika.

5. Math can be and should be FUN.
mau coba untuk anda sendiri sebelum ke anak? Nah ke sini .atau ke situ.

Nah, masih mikir : I don't do math?
Pssst: soalnya kami mau buka kursus creative math niih... (he..he..) !!!

foto : public.carnet.hr

2 comments:

Unknown said...

Creative Math pasti bagus.
Saya juga mengembangkan crative math: APIQ.

Salam,
angger

Anonymous said...

Silakan kunjungi
http://apiqquantum.wordpress.com

Terima kasih.