Tuesday, January 31, 2006

Maafkan dia, Pahamilah dia

Untuk para orang tua yang sudah melewati masa 'the terrible two' untuk anak-anaknya, kami angkat dua jempol deh...

Kenapa? Istilah ibu dalam menghadapi Wisnu yang kalo meminjam istilah nini "keur memejeuhna" (terjemahan bebas: lagi sedeng-sedengnya--gak pake e pepet ya!), kayaknya orang tua yang punya anak umur 2 tahun --terutama ibunya-- kudu puasa senin kamis tanpa putus. Kenapa sih? yahh..supaya tambah sabar, eling , dan tetap waras. Kalo nurutin emosi mah bisa abis tuh anak kena gaplok atau caci maki yang nantinya akan disesali.

Kalo malam, sambil menidurkan anak-anak, ibu dan aji biasanya sharing dan diskusi mencari kata sepakat untuk menghadapi Wisnu, ternyata aji juga mengakui bahwa sesekali terlintas juga keinginan untuk memukul Wisnu. Namun untungnya aji bisa menarik nafas dan berusaha sabar.

Aduuhh..minggu ini rasanya minggu yang berduri.

'Duri' pertama : Akira ketularan flu, jadi tidak mau makan bubur--hanya mau minum susu, itu pun pakai acara muntah sesudahnya karena lendirnya bikin gatal tenggorokan. Judulnya pun Akira lagi rewel, sedikit-sedikit menangis. Tambahan lagi Akira sedang belajar merangkak, dan karena belum mahir bermanuver, kalo jatuh karena terguling saat mengangkat badan atau kelelahan merangkak atau badannya stuck--tidak bisa maju/mundur, menangis keraslah dia.

'Duri' lainnya :Aji pun sedang blingsatan dikejar paper, home-assignment, dan ujian. Tambahan lagi batas penyerahan thesis tgl 14 Februari, jadi masih harus ketak-ketik sampai tengah malam. Apalagi Aji kalo urusannya pake begadang, beberapa hari sesudahnya pasti ambruk kena flu berat. Dan selain itu, kalo Aji sedang belajar siang malam Ibu kehilangan asisten (he..he..biasanya kan Aji yang ngasih susu Akira atau membasuh Akira setelah pup) dan Wisnu pun harus libur bercanda dan bergulat dengan Ajinya. Hal yang terakhir inilah yang menambah tingkah Wisnu main aneh-aneh, karena nampaknya Wisnu menganggap cara untuk menarik perhatian Aji yang sedang 'bertapa' adalah dengan melakukan sesuatu yang mengejutkan.

Kembali ke soal Wisnu, anak kami sayang. Kalo pagi, biasanya Wisnulah yang bangun terlebih dahulu. Biasanya begitu bangun, kata sambutannya adalah, "ibu, wisnu minum cucu". Nah, sambil ibu buat susu, Wisnu menghampiri meja makan dannn...makanan yang tergeletak di situ pasti langsung disambar. Kadang coklat cemilan aji, nasi sisa maturan, kerupuk. yahh.. kalo semua itu tidak sempat disembunyikan, alamat jadi menu sarapan Wisnu. Dan walau ibu sudah siapkan sarapan sehat, pasti ditepis oleh Wisnu yang sudah sanggup bilang ' no' dengan nada tegas plus gelengan yang meyakinkan. No means no for Wisnu.

Kadang acara makan jadi ajang pergulatan. Coba aja gemana ibu gak senewen kalo Wisnu menampik nasi atau roti dan keukeuh cuma pengen makan yogurt. Urusannya kan bakal mencret, karena kalau sudah makan yogurt Wisnu tidak mau berhenti. Meskipun ibu dan aji berkali-kali mengatakan sehari cukup 2 cup yogurt, Wisnu tidak kalah akal, dia akan membuka kulkas dan melemparkan isinya yang menghalanginya untuk mengambil yogurt. Nahh... ini dia yang bikin darah ibu naik sampai ke alis, karena kalo yang dilempar hanya sayuran sih masih bisa dipungut, tapi kalo tahu, konyaku, atau bahan mentah lain yang berair berarti lantai dapur akan kotor dan berbau. Aduuhhhh....

Belum lagi kalo ibu tengah tergesa-gesa mencuci piring setelah memasak karena harus segera menyuapi Akira yang sudah menangis meraung-raung karena lapar. Dengan cekatan, Wisnu mengambil keranjang plastik yang biasa dijadikan pijakan untuk berdiri di depan washtafel untuk menyikat gigi dan... ikutan 'cuci piring'. Cara Wisnu cuci piring? merebut mangkok yang tengah ibu bilas dengan air lalu diisi air keran, diaduk-aduk dengan sendok dan diminumnya. Hayahhh..air cucian kotor diminumnya, gemana ibu nggak histeria jadinya?

Hal lain lagi, kalo Wisnu tiba-tiba mempunyai niat untuk 'memasak'. Apa yang akan dilakukannya? Dibukanya lemari dapur, dikeluarkanlah mangkuk, piring, gelas, sendok. Lalu? Dibukanya kulkas dan dicari benda ynag menarik untuk bermain. Sebut saja edamame (kacang kedelai) beku yang sebenarnya tinggal direbus untuk cemilan ibu kalo lapar, direnggut dari kulkas dan dituang semua ke dalam mangkuk, diaduk-aduk dengan sendok, dituang ke gelas, diaduk-aduk lagi, dituang ke piring, diaduk-aduk lagi dan masih belum puas juga Wisnu kembali ke lemari dapur dan mencari panci untuk tempat edamame tadi. Setelah itu dituanglah edamame ke dalam panci, lalu dituang lagi ke dalam mangkuk. Apa yang terjadi? Berhamburanlah edamame itu ke lantai dan dengan rasa takjub campur senang, semua edamame yang ada di panci disebarnya di lantai. Wuahhhh.... bunyi panci jatuh berbarengan dengan hamburan edamame sungguh bukan suatu hal yang ibu atau aji nanti-nantikan!!!

Kalau Wisnu sudah mulai bosan, dia akan lari ke dalam kamar, dan menutup pintu. Lho? Kok tidak ada suara? Tidurkah Wisnu? Ibu buka pintu kamar, ternyata... Wisnu tengah membuka celana dan pampersnya dan wajahnya tegang karena kepergok tengah memegang-megang penisnya. Ibu otomatis akan berkata, " Wisnu, pakai kembali pampersnya. Kenapa dilepas?" . Wisnu menjawab , "mau pipis'. Lah.. " ayo, kalau mau pipis dimana?" jawabannya wisnu "toilet' sambil lari kegirangan menuju toilet, ehhh..jangan salah di toilet Wisnu mah belum bisa pipis beneran, yang ada dia pura-pura pipis-- berdiri di depan kloset dengan posisi pura-pura pipis-- dan sesudah itu berkata dengan riang 'wisnu flush'. Itu dia; kegemaran Wisnu adalah memencet tombol flush toilet. Kadang ibu/aji menuju toilet, Wisnu sudah lari mengikuti dari belakang sambil teriak "wisnu flush, wisnu flush". Yak ampun.

Nah urusan buka-bukaan ini bisa berulang puluhan kali, ditambah adegan pipis sembarangan karena Wisnu belum bisa menahan pipis sebelum berhasil berkata ; 'ibu, wisnu mau pipis'. Yang ada, Wisnu memanggil ibu/aji karena pipisnya sudah mengalir di lantai. Dan parahnya lagi, karena mungkin takut dimarahi, kalo Wisnu pipis di lantai, dia tidak lagi memanggil ibu/aji tapi malah asyik cipak cipuk dengan air seninya. Uahhhh... bau pesing kemana-mana!! Mana Akira sekarang sudah mulai merangkak, jadi lantai kan harus super bersih!

Gemana dong? Pake celana dan pampers tidak mau, tapi belum bisa mengantisipasi rasa ingin pipis. memang sih, dalam proses toilet training akan selalu ada cerita 'pipis sembarangan'. tapi kalo judulnya ibu harus ngepel pipis berkali-kali dalam sehari, alamat ibu tidak bisa mengerjakan yang lain yang berarti tidak bisa masak, mengurusi Akira dari A sampai Z, beres-beres rumah. ahhh...

Sesudah Wisnu mengantuk, makin menjadi-jadilah rewelnya. Menangis tanpa sebab, meraung-raung dan melempar-lempar barang. Tapi kalo sudah begitu, sebenarnya hati ibu jadi tambah kesal, sama-sama capek lahir dan batin deh kayaknya. Daripada tambah kesal, ibu pergi ke ruangan lain dan berusaha menyibukkan diri. Ehh.. salah juga ternyata, Wisnu makin keras tangisnya dan membuka kedua lengannya minta dipeluk. Sekeras-kerasnya karang, ternyata hati bisa mencair juga. Ibu berlutut, dan Wisnu langsung jatuh ke pelukan ibu dengan tangis lemah. Sesudah itu, biasanya Wisnu mengemut ibu jari kirinyanya, tangan kanannya meraih jari-jari ibu dengan erat, kemudian memejamkan mata dan dalam beberapa saat saja tertidur. Oalah 'le....

Saat Wisnu tertidur, semua ulahnya seolah tak berbekas. Cuma ada wajah polos kanak-kanak penuh airmata dan tangannya menggenggam erat tangan ibu. Ibu mana yang masih marah dalam keadaan begini?

Setelah dibaringkan di tempat tidur, yang terbayang pun bukan yang jelek-jelek. Tapi wajah Wisnu dan mata jenakanya serta semua tingkahnya yang menjadi hiburan sehari-hari , misalkan: sambil bermain dengan kamera disposable dan berseru 'ibu, cheese' atau tawa riangnya saat bermain peek-a-boo dengan Akira sementara ibu memasak.

Setelah membereskan sisa-sisa pertarungan urat syaraf dengan Wisnu, ibu membuka buku " Anak dibawah tiga tahun". Ibu telusuri bab tentang apa yang terjadi di usia 27-30 bulan. Hmmm...semua tingkah Wisnu ada disitu dari soal menentang peraturan, berbugil ria, mengatakan 'tidak' untuk semua hal. Tapi yang sungguh menyentuh, adalah di suatu kalimat:

Masa ini pun sulit bagi anak usia ini, jadi maafkanlah dia, pahamilah dia.

Duh...... jadi apa mau dikata????