Friday, October 27, 2006

Kembang api pertama

Sebenarnya, Wisnu diperkenalkan dengan kembang api waktu di Yokohama, musim semi yang bagi warga Jepang merupakan keharusan untuk melihat kembang api rame-rame di lapangan luas, bersorak bersama tapi dengan tertib.

Entah tradisi atau suatu kebetulan, yang namanya bulan puasa di jakarta, anak-anak kecil hobinya menyalakan petasan atau kembang api. Kesempatanlah, untuk Wisnu bermain kembang api. Ternyata kembang api model sekarang ada banyak jenis. Ada kembang api konvensional, ada juga yang meledak-ledak macam petasan tapi mengeluarkan semburan cahaya seperti kembang api namun yang menyilaukan mata.

Untuk Wisnu? yah..konvensional ajah..yg harganya goceng isinya 5 buah...! Tuh, lihat udah kegirangan dia!


>
Kegembiraan seorang kanak-kanak yang amat sangat sederhana alasannya: Satu, sense of achievement bisa menyalakan kembang api sendiri. Dua, diperbolehkan memegang sendiri kembang api dan menyentuh percikan apinya. Ketiga, menggantungkan kembang api di ranting pohon yang cukup tinggi untuk ukuran badannya dan digendong Ajinya untuk mengagumi percikan kembang api dari dekat. Empat, memegang kembang api dengan dua tangan dan memutar-mutarnya. Lima, disuruh senyum untuk difoto. Lengkap sudah.
Setelah itu, dengan sangat kooperatifnya Wisnu cuci kaki dan tangan dan pergi tidur dengan suka rela. Tersenyum pula. Tidur pulas dengan segera. Lah, biasanya gemana emang? Yaa..pake acara gak mau cuci kaki-tangan, protes lampunya dimatikan, dlsb.
Apa artinya? Kudu tiap hari nyalain kembang api? Tak usyah yaaaaa.........


2 comments:

Niken said...

Kalo tiap malem satu batang dinyalain sebelum tidur gimana, Bu? Pasti seneng deh.. Lama2 jg bosen kan, pasti langsung nurut cuci kaki tangan kekekeke

IrA said...

Hihihi..beruntunglah Wisnu punya ibu dan aji yg pengertian dan sabar bgt