Ini cerita sudah agak basi; tapi karena termasuk pengalaman tak terlupakan, ya jadi kudu dimuat di sinilah.
Pada suatu sore di bulan September, kami janjian dengan Darmawan (kang ideu)di Shibuya utuk mengambil barang titipan dari Jakarta. Kang Ideu ini baru pulang ke Indonesia karena anak ke-3 nya baru lahir dan kesempatanlah untuk kami menitip barang seabrek dari Jakarta (Hueheehh..gantian kang, dulu kan nitip susu bayi juga ampe sandy overweight luggage-nya).
Ceritanya hari itu dari Yokohama kita memang belum makan siang dan perjalanan kesana sekitar 1,5 jam. Kita ketemuan di luar stasiun kereta dan ngobrol sebentar. Setelah itu, kita berniat mencari makan dan aji mengajak makan di restoran Indonesia.
Setelah berjalan kaki 15 menit (maklum menggendong Akira dan mendorong stroller Wisnu) menyusuri jalan yang mendaki dari stasiun, rasanya lega sekali melihat tampak muka restoran tsb.
Kelihatan etnis Jawa ya? Tapi jangan salah....
Begitu pintunya kami buka, menyembullah wanita Jepang dengan kebaya modern seraya tersenyum manis dan menyapa.
"Selamat siang, mas , mbak".
Nah lho! Londo Jepang coro Melayu, rek! Belum habis rasa kaget ibu, wanita ini sudah meneruskan ,
"Maaf, kami tutup jam 3,nanti buka kembali jam 5 tidak apa-apa?"
Kami melirik jam, wah jam 2. Gemana? Mana perut lapar, dan udah keburu ngiler masakan indonesia lagi! Ibu setengah memaksa bertanya,
"Kalau sekarang bisa berapa lama siap makanannya?"
Iya dong, kalo urusan makan, ibu mah cepat, tapi kalo masaknya setengah jam lebih jelas waktunya gak cukup dong, belum nyuapin Wisnu.
" Ada lunch set saja sekarang"
Ya udahlah, pasrah. Namanya juga udah di muka pintu.
Begitu kami masuk, terlihat waitress lain dan menyapa dengan bahasa Jepang. Kursi-kursinya dari rotan dan lampunya temaram, di dinding sekelilingnya banyak hiasan dari Bali, Jawa dan Sumatra Utara. Yah pokoknya Bhineka Tunggal Ika. Musiknya pun degung sunda campur Bali (tau gak kayak apa?). Begitu ibu buka menunya waahhh..ternyata ada macam2 ! Plecing kangkung, rendang, balado daging, kari, gulai, sate ayam/kambing/sapi, capcay, sambal ijo, pisang goreng, lumpia, tempe goreng, teh jawa (ini pasti beda sama teh jepang yang kesat).
Tapi sayang, kami cuma bisa makan lunch set : nasi campur yang ditemani sate ayam, gado-gado dan katanya daging balado. Terpaksalah ibu bilang, "wah kami tidak makan daging sapi, bagaimana?" . Waitressnya mengangguk. Ibu sudah siap2 mental bakalan cuma makan gado-gado dan sate ayam saja, tapi ternyata daging baladonya diganti UDANG BALADO. Amboiiii.... uihhh sedddap!!!
Wisnu senang makan gado-gadonya karena tidak pedas dan memang dia kan senangnya sayur-mayur dan tempe. Akira pun sempat menyusu sementara ibu menyuap makanan dengan lahap. Ehm... sedappp.
Perut kenyang dan ditutup dengan minum teh jawa. Ah ternyata teh dari negara sendiri memang lebih uenaakkkk... pas rasanya gitu loh. Bayarnya juga tidak terlalu mahal, berdua sekitar hampir 3000 yen, padahal porsi makannya besar (tau dong porsi makan ibu, sampe2 gado2 aji juga disikat habis ibu) dibanding restoran Jepang. Kami meninggalkan restoran jam 2;45. Cepat kan?
Hmmm... mampir ke Ayung Teras lagi ah kapan-kapan.... Ikutan yuk!
1 comment:
Ikuuuut!! enakan mana sama resto Surabaya di Minato Mirai?
Post a Comment